Selasa, 12 Januari 2010

Pintu-pintu masuk setan | Lanjutan

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Apa kabar temen-temen? Semoga masih semangat untuk selalu menjaga hati agar selalu suci, bersih dari segala macam penyakit hati, amin.

Masih melanjutkan bahasan yang kemarin yaitu tentang Pintu-pintu masuk setan.

Diantara pintu-pintu setan yang besar, yang bisa membawa penyakit hati, adalah al-ghadhab wa al-syahwah (marah dan syahwat). Yang dimaksud syahwat di sini ialah dorongan untuk mengejar kenikmatan fisik. Syahwat bisa mencelakakan manusia, bisa menggiring manusia kepada kebinasaan. Melalui syahwat setan memasukkan penyakit-penyakit hati yang lainnya.

Marah (ghadhab) juga merupakan jalan setan. Pada zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, ada seorang sahabat menemui beliau, “Ya Rasulallah, saya ingin menghafal haditsmu. Coba beritahukan kepadaku satu hadits saja yang tidak terlalu panjang agar aku dapat menghafalnya.” Nabi bersabda, “La Taghdhab; Jangan marah.” Sahabat itu pulang dengan menghafal hadits itu. Setelah hafal ia kembali untuk meminta hadits yang lain. Nabi bersabda lagi, “La Taghdhab; Jangan marah.” Nabi menyebut hadits itu sampai tiga kali. Sahabat itu lalu berkata, “Aku memikirkan mengapa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menyebut hadits itu tiga kali. Tiba-tiba aku memahami bahwa sesungguhnya marah bisa mengumpulkan seluruh kejelekan.”

Kalau seorang telah marah, seluruh kejelekan bisa ia undang masuk ke dalam dirinya. Ia, misalnya, akan berbicara kasar. Bicara kasar adalah sebuah kejelekan. Seorang mukmin tidak mungkin berbicara kasar dan mengucapkan kata-kata yang tajam. Ia tidak mungkin berbicara yang menusuk perasaan, memaki-maki, mengeluarkan kata-kata kotor. Seluruh hal yang tidak mungkin itu akan menjadi mungkin bila seseorang marah; seluruh keburukan akan keluar dari dirinya. Otaknya tidak akan berfungsi lagi. Karena itu, dalam beberapa aliran silat tenaga dalam, kalau ingin mengalahkan musuh, kita di suruh membangkitkan emosi musuh kita agar dia marah. Kemarahan itulah yang akan membinasakannya. Dengan kata lain, bila kita ingin menang dalam suatu pertempuran, usahakanlah untuk tidak marah.

Tenaga orang yang marah pun lebih kuat dari pada orang yang tidak marah. Ia memiliki tambahan energy yang bisa dimanfaatkan setan untuk berkhidmat kepadanya. Karena itu, dalam hadits disebutkan agar kita memanfaatkan energy itu untuk sesuatu yang tidak merusak. Ada juga keterangan yang mengatakan bahwa bila kita marah, hendaklah kita berwudhu. Karena marah berasal dari setan – yang terbuat dari api – maka untuk memadamkan amarah itu, kita menggunakan air atau wudhu.

Sebetulnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam hanya memberikan teknik-tekniknya saja. Artinya, tidak selalu harus seperti itu. Saat menemui kesulitan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam melakukan shalat. Kita juga, kalau sedang marah, hendaklah shalat. Shalat apa? Tidak perlu shalat tertentu. Pokoknya shalat untuk meminta perlindungan Allah: “Mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat. Tetapi itu berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu’” (QS Al-Baqarah: 45). Shalatnya boleh dua rakaat, empat rakaat, atau berapa saja. Tentu saja shalat yang dimaksud adalah shalat sunnah, bukan shalat fardhu. Bila setelah dua rakaat, amarah kita belum hilang juga, tambahkan dua rakaat lagi. Dengan begini, marah bisa menjadi amal shaleh. Karena akibat marah, kita melakukan shalat.

Sebuah hadits menyatakan bahwa Rasulullah bersabda, “Allah takjub melihat orang mukmin. Karena, apa pun yang menimpanya akan dia ubah menjadi kebaikan. “Ketika ia marah, ia shalat. Shalat adalah juga kebaikan. Dalam riwayat lain, Rasulullah bersabda, “seorang mukmin itu ibarat lebah. Apa pun yang masuk ke dalam sarangnya, ia ubah menjadi madu.” Iqbal pernah membuat sajak tentang kehebatan seorang mukmin: “Aku ubah racun menjadi penawar”. Oleh seorang mukmin, racun pun bisa diubah menjadi obat.

Dulu, iblis sering menemui para Nabi. Ia berbicara dengan mereka. Sekarang ia datang kepada kita tidak berbicara tetapi langsung masuk ke dalam hati kita. Pada zaman Nabi Musa alaihissalam, iblis datang kepadanya dan berkata, “Hai Musa, Engkau telah dipilih oleh Allah dengan risalah-Nya, dan Allah telah berbicara denganmu: Wa kallamallahu Musa takliman’ (QS An-Nisa’: 64). Aku ini makhluk Allah juga. Aku ingin bertaubat. Mohonkanlah syafaat untukku agar Allah mengampuniku.” Kemudian Musa berdoa kepada Allah. Maka Allah berfirman, “Musa, aku penuhi permintaanmu. Tapi katakan kepada iblis agar dia bersujud kepada kuburan Adam terlebih dahulu.” Musa lalu memberitahukan iblis apa yang telah difirmankan Allah. Iblis marah, “Dulu pun, ketika Adam masih hidup, aku tak mau bersujud kepadanya. Mana mungkin aku harus bersujud kepadanya setelah ia mati?” Akhirnya iblis tidak diampuni, karena ia tidak memenuhi syarat taubat. Taubat adalah tidak mengulangi apa yang telah dilakukan. Bukan taubat jika seseorang mengulangi dosa yang telah dilakukan.

Kemudian iblis berkata, “Musa, aku berhutang budi kepadamu. Engkau telah memintakan ampun kepada Rabb untukku. Sekarang aku akan memberi nasehat: Ingatlah aku dalam tiga keadaan, agar aku tidak membinasakanmu. Pertama, kalau Engkau marah, ingatlah aku (maksudnya, ingat bahwa marah bisa menjadi pintu masuk iblis). Sebab bila engkau marah, ruhku berada dalam hatimu dan mataku berada dalam matamu. (Jadi, kalau seseorang marah, ruhnya adalah ruh setan dan matanya adalah mata setan).

Kedua, ingatlah aku ketika engkau menghadapi pertempuran. Aku datangi anak Adam. Aku ingatkan dia tentang anaknya, istrinya dan keluarganya sehingga ia meninggalkan medan pertempuran.

Ketiga, hindarilah berduaan bersama seorang perempuan yang bukan mukhrim. Ketahuilah, pada saat itu aku akan menjadi utusanmu untuknya, dan menjadi utusannya untukmu.”

(Dialog ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi Ad-Dunya dari Ibnu Umar. Baca Al-Durr Al-Mantsur, juz 1 halaman 51; atau Bihar Al Anwar, jilid 14 hlm. 634).

Jadi, kalau Anda berduaan dengan seorang perempuan yang bukan mukhrim, setan akan menjadi penghubung di antara kalian berdua. Meskipun Anda tidak berbicara, hati Anda dan perempuan itu akan dihubungkan oleh setan, saling menggetarkan satu sama lain. Di situ setan hadir sebagai utusan yang setia untuk menyampaikan seluruh informasi, termasuk getaran-getaran Anda berdua. Setan akan datang melalui syahwat. Ia akan membangkitkan syahwat Anda sehingga Anda jatuh ke dalam kemaksiatan.

Berkenaan dengan syahwat ini, ada sebuah cerita yang terdapat dalam Irsyad Al-‘Ibad dan Dzurrat Al-Nashihin. Alkisah, seorang Raja memiliki seorang putri yang sangat cantik. Pada saat yang sama pula, hiduplah seorang alim yang alim dan abid. Si alim menghabiskan waktunya untuk beribadah dan mensucikan diri. Kemudian iblis mengumpulkan setan-setan dalam sebuah majlis. Ia menanyakan siapa diantara mereka yang bisa menyesatkan si alim tadi, menggagalkan taqarrubnya kepada Allah, dan mencelakakannya. Seorang setan berkata, “Aku. Aku telah berhasil memisahkan suami dari istrinya.” Iblis menjawab, “Ah, itu bukan apa-apa. Tanpa kamu pisahkan juga, banyak suami istri yang bercerai.” Setelah beberapa setan, tampillah seorang setan yang mengajukan konsep penggodaan yang brilian. Iblis menyetujuinya.

Si setan mendatangi putri raja. Karena putri itu hidup dalam kemewahan dan lupa pada Rabb, maka setan mudah masuk ke dalam dirinya. Hatinya diguncangkan, hingga jiwanya sakit. Raja kebingungan; kemana ia harus mengobati putrinya. Setan itu kemudian menemui Raja dengan menyamar sebagai orang tua. Ia menasehati Raja agar mengantarkan putrinya kepada si alim tadi. “Si abid itu bisa menyembuhkan orang sakit dengan doa-doanya,” kata setan. “Karena taqarrubnya kepada Allah, doa-doanya makbul.” Raja akhirnya menitipkan putrinya kepada si alim itu. Setelah dibacakan doa, penyakitnya sembuh dan putri itu dibawa pulang.

Di tengah perjalanan, setan datang lagi untuk menggoncangkan hati putri itu sehingga sakitnya kambuh lagi. Lalu setan berkata kepada Raja, “Sebaiknya putri Anda tidak dibawa pulang. Biarkan dia tinggal di pondok si abid itu.” Akhirnya, putri raja tinggal di pondok sang abid.

Abid itu sangat menjaga dirinya. Ia amat mengkhawatirkan syahwatnya, terlebih karena di dekatnya ada seorang gadis cantik. Ia bangunkan pondok tersendiri untuk gadis itu. Setiap hari ia mengantarkan makanan dan minuman. Ia menyimpannya di luar pintu. Setan berbisik, “Mengapa kamu simpan makanan di luar? Bagaimana kalau di makan kucing? Mestinya kamu menyimpannya di dalam agar tetap terpelihara.” Setelah dipikir-pikir, abid itu membenarkan bisikan setan. Kini, setiap kali mengantarkan makanan, ia mengetuk dulu pintu rumah, kemudian masuk dan menyimpannya di situ.

Setan berbisik lagi, “Bukankah berbuat baik itu harus ditunjukkan dengan sikap ramah? Sekali-kali ucapkanlah salam, tanyakan kabarnya, dan beri ia senyuman. Bukankah senyuman itu sedekah? Si abid berpikir, “Betul juga.” Setelah ia melakukannya, setan berbisik lagi, “Kamu seorang kiai. Menanyakan kabar itu bagus. Tetapi lebih bagus lagi jika kamu duduk-duduk sebentar dan mengajarinya ilmu-ilmu agama.” Si abid bergumam, “Benar juga”

Setelah itu dilakukan, setan datang lagi, “Kamu tidak pernah berpikir, bagaimana kalau ada orang lain melihat kamu berbincang berduaan dengan seorang perempuan bukan mukhrim di luar rumah. Jelek jika di lihat orang. Agar aman, ngobrollah di dalam rumah biar tidak terjadi fitnah bagi orang lain.”

Sesudah si abid itu masuk ke dalam rumah, setan pun masuk. Akhirnya si abid terjerumus dalam kemaksiatan. Karena putri itu hamil, setan menakut-nakuti si abid, “Kamu akan celaka. Kamu telah menghamili putri Raja. Sebaiknya kamu bunuh saja wanita itu. Kuburkan dia baik-baik. Katakan kepada Raja bahwa putrinya mati karena sakit. Habis perkara.” Maka putri itu pun di bunuhnya. Pada saat bersamaan, setan datang memberi tahu sang Raja bahwa putrinya dibunuh oleh si abid.

Akhirnya, abid itu dihukum; disalib dan dipermalukan. Dalam keadaan digantung, setan datang lagi dan berkata kepadanya, “Aku akan membantumu asal kamu bersujud kepadaku.” “Bagaimana aku bersujud sementara aku disalib?” kata si abid. Setan menjawab, “Niatkan saja dalam hatimu bahwa kamu bersujud kepada iblis.” Abid itu pun menurut. Tapi kemudian setan berkata, “Aku berlepas diri darimu sebab aku takut kepada Allah Rabbul ‘Alamin.”

Akhirnya si abid itu mati dihukum pancung dalam keadaan musyrik dan melakukan pembunuhan serta perzinaan. Semua kejahatan itu bersumber dari syahwat. Setan datang melalui pintu syahwat itu. Oleh karena itu, hati-hatilah terhadap syahwat. Karena, setan bisa masuk ke dalam diri seseorang melalui lubang itu. [ ]

Wallahu A’lam,
Semoga bermanfaat.

^^BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI^^


Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Sumber: Meraih Cinta Ilahi, Jalaluddin Rakhmat

1 komentar:

  1. Asalamualaikum ,
    Mas saya suka mengenai topik-topik yang diutarakan disini .Jika berkenan izin untuk sya copy paste .
    semoga berkah . dan kalau boleh tahu ini mengambil referensi dari kitab apa ya ??

    BalasHapus