Jumat, 13 Mei 2011

KEUTAMAAN SEDEKAH

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Apa kabar Sahabat QS, semoga selalu dalam kekokohan iman dan islam. Dalam lindungan-Nya siang dan malam. Amin.
Salam serta shalawat semoga tetap kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam beserta keluarga, sahabat serta umatnya yang beriman.

Sahabat QS, berikut kami sampaikan berkenaan dengan Keutamaan Sedekah. Semoga bermanfaat.

Keutamaan Sedekah


Diceritakan, ketika Nabi Ayub AS sedang mandi tiba-tiba Allah SWT mendatangkan seekor belalang emas dan hinggap di lengannya. Baginda menepis-nepis lengan bajunya agar belalang jatuh. Lantas Allah SWT berfirman, ''Bukankah Aku lakukan begitu supaya kamu menjadi lebih kaya?'' Nabi Ayub AS menjawab, ''Ya benar, wahai Sang Pencipta! Demi keagungan-Mu apalah makna kekayaan tanpa keberkahan-Mu.''

Kisah di atas menegaskan betapa pentingnya keberkahan dalam rezeki yang dikurniakan oleh Allah SWT. Kekayaan tidak akan membawa arti tanpa ada keberkahan. Dengan adanya keberkahan, harta dan rezeki yang sedikit akan bisa terasakan mencukupi. Sebaliknya, tanpa keberkahan rezeki yang meskipun banyak akan terasakan sempit dan menyusahkan.

Agar rezeki yang Allah SWT berikan kepada kita menjadi berkah, Rasulullah SAW menganjurkan kepada umatnya untuk memperbanyak sedekah. Kata Rasulullah SAW, ''Belilah semua kesulitanmu dengan sedekah.'' Dalam hadis lain, Rasulullah SAW menjelaskan, ''Setiap awal pagi, semasa terbit matahari, ada dua malaikat menyeru kepada manusia di bumi. Yang satu menyeru, 'Ya Tuhanku, karuniakanlah?ganti kepada orang yang membelanjakan hartanya kerena Allah'. Yang satu lagi menyeru, 'Musnahkanlah orang yang menahan hartanya'.''

Sedekah walaupun kecil tetapi amat berharga di sisi Allah SWT. Orang yang bakhil dan kikir dengan tidak menyedekahkan sebagian hartanya akan merugi di dunia dan akhirat karena tidak ada keberkahan. Jadi, sejatinya orang yang bersedekah adalah untuk kepentingan dirinya. Sebab, menginfakkan (belanjakan) harta akan memperoleh berkah, dan sebaliknya menahannya adalah celaka.

Sedekah memiliki beberapa keutamaan bagi orang yang mengamalkannya. Pertama, mengundang datangnya rezeki. Allah SWT berfirman dalam salah satu ayat Alquran bahwa Dia akan membalas setiap kebaikan hamba-hamba-Nya dengan 10 kebaikan.

Bahkan, di ayat yang lain dinyatakan 700 kebaikan. Khalifah Ali bin Abi Thalib menyatakan, ''Pancinglah rezeki dengan sedekah.'' Kedua, sedekah dapat menolak bala. Rasulullah SAW bersabda,
''Bersegeralah bersedekah, sebab yang namanya bala tidak pernah bisa mendahului sedekah.''

Ketiga, sedekah dapat menyembuhkan penyakit. Rasulullah SAW menganjurkan, ''Obatilah penyakitmu dengan sedekah.'' Keempat, sedekah dapat menunda kematian dan memperpanjang umur. Kata Rasulullah SAW, ''Perbanyaklah sedekah. Sebab, sedekah bisa memanjangkan umur.''

Mengapa semua itu bisa terjadi? Sebab, Allah SWT mencintai orang-orang yang bersedekah. Kalau Allah SWT sudah mencintai seorang hambanya, maka tidak ada persoalan yang tidak bisa diselesaikan, tidak ada permintaan dan doa yang Allah tidak kabulkan, serta tidak ada dosa yang Allah tidak ampuni, dan hamba tersebut akan meninggal dunia dalam keadaan husnul khatimah (baik).

Kekuatan dan kekuasaan Allah jauh lebih besar dari persoalan yang dihadapi manusia. Lalu, kalau manfaat sedekah begitu dahsyatnya, masihkah kita belum juga tergerak untuk mencintai sedekah?

Wallahu a'lam bis-shawab.

^^Bersihkan hati menuju ridha Ilahi^^

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jumat, 29 April 2011

MAROTIBUL HUBB (Urutan Cinta)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Apa kabar saudaraku, semoga syukur selalu menghiasi bahagiamu dan sabar sebagai teman dalam dukamu. Semua Allah pergilirkan untuk mengetahui siapa hamba-Nya yang tetap mencintai-Nya dalam setiap ujian dan karunia-Nya.

Shalawat serta salam semoga tetap atas Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarga, sahabat dan umatnya yang beriman.

Katakanlah,”Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rosul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusannya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. (QS. At-Taubah: 24)

Sahabat QS yang saya cintai karena Allah, dari ayat yang saya tuliskan diatas, tentunya antum semua bisa dengan mudah mengetahui apa maksud dari firman Allah tersebut.
Tak jarang kita sebagai manusia, sadar atau tidak sadar terlenakan oleh segala macam kesibukan dan hal-hal yang bersifat duniawi. Entah karena sibuk mencari harta, sibuk dengan keluarga, dengan niaga, yang semuanya itu kalau tidak diimbangi dengan kepahaman kita terhadap pengetahuan tentang agama dan juga iman yang msih labil, maka bukan tidak mungkin semua itu membuat kita melalaikan kewajiban kita sebagai hamba untuk memenuhi hak-hak Allah dan Rasul-Nya.

Sahabat QS, apa hak Allah dan Rosul-Nya ?
Menurut firman Allah Subhanahu wata’ala dalam Surat At-Taubah:24 diatas adalah bahwa Allah dan Rosul-Nya harus lebih kita cintai dari pada bapak-bapak kita, anak-anak, saudara-sudara kita, harta kita dan lain sebagainya.
Ketika kita lebih mencintai dari selain-Nya maka tunggulah, kata Allah, sampai Dia memberikan keputusan-Nya, dan Allah tidak menunjuki orang-orang fasik.

Sahabat QS yang dicintai oleh Allah Subhanahu wata’ala, marilah berikut ini kita sama-sama mempelajari bagaimana urutan cinta (Marotibul Hubb) dari urutan terendah sampai urutan cinta yang tertinggi.
1. Al ‘alaqah (Sebatas hubungan)
Al ‘alaqah ini adalah tingkatan cinta terendah, tidak dengan perasaan atau muatan emosi.
Misalkan cinta terhadap materi atau hal-hal yang berhubungan dengan keduniawian.
Jadi memang sudah menjadi suatu keharusan kita menempatkan dunia sebatas hubungan saja, artinya jangan sampai hati kita terpaut dengannya. “Genggamlah dunia dengan tanganmu, tetapi janganlah kau letakkan ia di hatimu”. Sekaya apapun kita, setinggi apapun jabatan kita, namun hati kita tetap tenang dalam ketaatan kepada-Nya, karena hati kita tidak terpaut oleh kecintaan terhadap dunia tetapi kepada Allah Subhanahu wata’ala.

2. Al ‘athfu (Simpati)
Rasa simpati ini lebih kepada rasa humanity atau kemanusiaan. Rasa simpati kepada siapa saja tanpa memandang ras, suku dan agama.
Tentunya sebagai makhluk sosial kita akan merasa iba, simpati ketika ada orang yang tertimpa musibah, bencana alam misalnya, meski mereka seaqidah dengan kita ataupun tidak.
Wujud dari simpati ini adalah menda’wahi mereka, memelihara hak-haknya dan lain sebagainya.

3. Ashobbabah (Curahan hati)
Urutan cinta ini ditujukan kepada sesama muslim.
Bentuknya adalah ukhuwah islamiyah, sebagaimana kita tahu hak-hak muslim yang satu dengan muslim yang lainnya, diantaranya:
• Menjenguknya apabila sakit,
• Menjawab salam,
• Mengantarkan jenazahnya,
• Memenuhi undangannya,
• Mendoakan ketika bersin dan sebagainya.

4. Asy-Syouqu (Rindu)
Bentuk cinta ini adalah cinta yang ditujukan kepada orang-orang yang beriman.

Sahabat QS, perlu diketahui bahwa antara muslim dan mukmin itu berbeda.
Orang yang telah memeluk agama islam, maka dia disebut sebagai seorang muslim. Tetapi seorang mukmin adalah dia telah memeluk agama islam, telah menjalankan perintah-perintah Allah dan keimanan itu telah tertanam kedalam jiwanya.
Seperti misalnya kita merindu kepada sahabat-sahabat seperjuangan kita yang sholeh yang sama-sama berjuang dalam da’wah dan agama ini.

5. Al ‘isyqu (Berkasih Mesra)
Kepada siapa cinta seperti ini kita tujukan?
Yaitu kepada Rasulullah yang mulia, Uswah kita, qudwah kita, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu dengan mengikuti apa yang menjadi sunnah-sunnah beliau.
Dan tingkatan cinta ini juga kita tujukan kepada islam sebagai agama rahmatal-lil ‘alamin, dengan cara berjuang dan menolong agama-Nya hingga menjadi agama tertinggi diatas agama-agama lain di dunia.

6. At-Tatayyum (Cinta yang menghamba)
Nah, sahabat QS, inilah cinta tertinggi kita kepada Allah Subhanahu wata’ala.
Cinta ini terwujud dalam kekhusyu’an ubudiyah kita, yaitu adanya kesempurnaan kehinaan kita di hadapan Allah, kesempurnaan penghambaan kita kepada-Nya, juga cinta yang tulus dan tunduk total terhadap aturan Allah Subhanahu wata’ala.

Nah, sahabat QS, semoga setelah sama-sama kita mengetahui marotibul hubb atau urutan cinta tadi diharapkan kita bisa menempatkan kecintaan kita sesuai dengan tempat dan porsinya masing-masing. Bagaimana seharusnya menyikapi terhadap kemilau dunia, bagaimana seharusnya cinta kita kepada sesaam muslim, sesama mukmin, dan yang lebih penting bagaimana kita menempatkan Allah dan Rasul-Nya kedalam lubuk hati kita sebagai puncak tertinggi cinta kita.

Wallahu a’lam bish-shawab.

“Bersihkan hati menuju ridha Ilahi”

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Note: Dari materi halaqoh, Ustadz Pandu Laksono