Selasa, 12 Januari 2010

KELAHIRAN DAN KEMATIAN

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wata’ala yang telah memberikan hidayah serta taufiq kepada hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya termasuk kita semua, insya Allah, amin. Semoga tetap semangat dalam mencari bekal untuk di bawa pulang ke kampung halaman (kampung akhirat-red)

Shalawat serta salam semoga tetap atas Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam yang selalu merindukan umatnya.

KELAHIRAN DAN KEMATIAN

Ada ujung kehidupan yang suka atau tidak suka, mau tidak mau, harus manusia lewati. Dan dialah kematian.

“Katakanlah, bahwasanya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya ia akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada Yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepada kamu apa-apa yang telah kamu kerjakan.” (Al-Jumu’ah: 8)

Segala sesuatu yang ada di muka bumi ini, semuanya bertasbih kepada Allah, Sang Pencipta;

“Bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa saja yang ada di bumi, Raja, Maha Suci, Mahaperkasa lagi Maha Bijaksana.” (Al-Jumu’ah: 1)

Pengertian bertasbih ini, dalam arti bergerak. Sehingga, bisa diartikan semua yang ada di muka bumi akan bergerak kepada Allah. Karena memang semua berasal dari-Nya. Pohon contohnya. Pohon berasal dari benih, kemudian tumbuh menjadi biji dan terus berkembang hingga menjelma menjadi pohon. Pohon ini terus tumbuh dan berkembang, untuk kemudian punya satu keterbatasan waktu yang membuatnya menjadi lemah, dan berhenti beraktivitas. Bergerak menuju satu titik, titik kematian.

Begitu juga dengan perjalanan anak manusia. Sekaya apapun dia, sehebat apapun, sekuat apapun, toh ada ujung kehidupan yang suka atau tidak suka, mau tidak mau harus dia lewati. Dan ujung kehidupan yang dimaksud itu adalah kematian.

“Setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati…” (Al-Anbiya: 35).

Saat itulah, akan diperlihatkan kepada dia, sandiwara kehidupan yang telah dia mainkan. Ketika Izrail menjemput, akan dipertontonkan sebuah film yang mengilasbalikkan sejarah perjalanan hidupnya. Nanti- kata Allah- ada yang tertawa, ada yang menangis berkepanjangan. Ada yang bahagia, ada yang berduka. Ada yang putih wajahnya, ada yang menghitam. Ada yang wajahnya berseri-seri, ada yang terselubung debu. Itulah ragam reaksi –yang bukan sesaat sifatnya, melainkan abadi- yang berujung pada kesenangan abadi atau penyesalan yang diratapi berkepanjangan.

Ada sebuah ayat yang patut untuk kita renungkan. Ayat ini menyatakan tentang kondisi manusia yang bila terlambat mengubah dirinya, sedangkan kematiannya sudah datang, maka tentu saja tidak bisa kembali lagi ke dunia;
“Katakanlah, Malaikat Maut akan mematikan kamu yang telah diwakilkan untuk kamu. Kemudian kamu dikembalikan kepada Rabb-mu.”

“Dan sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang berdosa menundukkan kepala mereka di sisi Rabb-nya, mereka berkata, Wahai Rabb kami, kami telah melihat dan mendengar. Maka kembalikanlah kami agar kami dapat mengerjakan amal shalih. Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin.”

“Dan kalau Kami mau, niscaya kami beri pada tiap-tiap jiwa hidayahnya. Tetapi telah tetap perkataan-Ku, sungguh Aku akan penuhi neraka jahanam itu sebagian dari jin dan manusia sekalian.” (As-Sajdah: 11-13)

Pilihan ada ditangan kita, seiring modal dasar yang secara hakiki diberikan kepada manusia, akal dan hati; kebahagiaan yang abadikah, atau tangisan yang tiada berkesudahan yang kita pilih.

“Dan apabila datang bencana besar, teringatlah manusia terhadap apa yang mereka kerjakan, dan diperlihatkan neraka buat mereka yang layak menerimanya. Maka barangsiapa yang durhaka, dan lebih mementingkan kehidupan dunia, maka nerakalah (hal-hal yang tidak menyenangkan) tempat kesudahan mereka. Sedangkan bagi mereka yang takut akan Rabb-nya dan menahan nafsunya, maka surgalah (hal-hal yang menyenangkan) yang menjadi bahagiannya.” (An-Nazi’at:34-41).

“Dan belanjakanlah sebahagian dari apa yang Kami berikan rezeki kepadamu sebelum kematian itu datang kepada seseorang diantara kamu, lalu dia berkata, ya Rabb-ku, kenapa tidak Engkau tangguhkan kematianku kepada ajal yang dekat supaya aku bisa bersedekah, sehingga jadilah aku orang-orang yang shalih? Dan Allah tidak akan menangguhkan kepada seseorang apabila telah datang ajalnya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Munafiqun: 10-11)

Maha benar Allah dengan segala firman-Nya,
Semoga bermanfaat.

#BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI#

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sumber: Mencari Tuhan yang Hilang, Ust. Yusuf Mansur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar