Sabtu, 27 Februari 2010

Shalat dan Sorban Penggoda

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Apa kabar sahabat, semoga Allah Subhanahu wata’ala senantiasa menjaga hatimu dan hatiku agar selalu bersih dari segala macam penyakit yang bisa membahayakannya, dan mudah-mudahan kita kembali kepada-Nya dengan membawa hati yang tenang, hati yang damai, nafsul muthmainnah, amin ya Rabbal ‘alamiin.

Salam serta shalawat semoga tetap atas junjungan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarga beserta sahabat beliau.

Sahabat yang dirahmati Allah, untuk kali ini kami akan mengisahkan tentang;

Shalat dan Sorban Penggoda

Sayyidina Ali Karromahullahu Wajhahu dikenal sangat khusyu’ imannya, sangat santun pekertinya, dan sangat luas hikmahnya. Dia adalah satu dari sedikit orang yang mampu mengalami trans ketika menjalani prosesi ibadah. Setiap kali shalat, bukan hanya ucapan dan tindakan yang dapat merefleksikan hubungan dirinya dengan sang Khaliq. Hati dan pikirannya, indra dan perasaannya, semua terfokus kepada Dzat Pencipta alam semesta. Dalam kondisi seperti ini, tidak ada sesuatu pun yang mampu mengalihkannya dari semangat ilahiah kepada semangat keduniawian.

Suatu hari, pernah dalam suatu peperangan misalnya, pantat Ali sempat tertembus anak panah. Ketika hendak dicabut, Ali r.a. berkata, “Biarkanlah aku shalat dahulu. Dalam kondisi shalat, cabutlah anak panah ini dari pantatku.” Subhanallah. Dalam kondisi shalat itulah, ketika anak panah dicabut, seolah sayyidina Ali tak merasakan sesuatu apapun, apa lagi rasa sakit. Itulah kekhusyu’an Sayyidina Ali yang tiada bandingnya. Tak berlebihan jika Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam sampai menyatakan, “Saya dengan Ali ibarat Musa dengan Harun. Hanya sayangnya, setelah saya tidak ada lagi nabi.”

Suatu hari, ketika Nabi bersama beberapa sahabatnya (termasuk Ali) sedang berkhalaqah (duduk melingkar mendengarkan wejangan Nabi), ada seseorang mengajukan pertanyaan, “Wahai Rasulullah, ketika aku shalat, sering kali muncul dalam benakku, pikiran-pikiran lain, bersifat keduniawian di luar shalat. Apakah shalatku bisa diterima?”

Kala itu Ali langsung menukas, mendahului jawaban Nabi, “Shalatmu tidak sah.” Mendengar jawaban Ali, Nabi langsung menimpali, “Ali, sekarang kamu shalatlah. Bila sampai akhir shalat kamu dapat melupakan segala persoalan dunia dengan segala isinya, maka aku akan memberimu hadiah sorban termahal di tanah hijaz ini.”

Mendapat “tantangan” dari Nabi, Ali langsung menyanggupi, lantas ia melakukan shalat sunnah mutlak dua rakaat. Pada rakaat pertama, Ali berhasil lolos, tak mengingat suatu apapun kecuali hanya ingat Allah. Namun, ketika duduk tahiyat akhir rakaat kedua, tiba-tiba muncul di benaknya, gumaman batin rasa bangga: “Wah, aku berhasil lolos, dan aku akan mendapat hadiah dari Nabi.”

Selasai shalat, Ali mesam-mesem (tersenyum-senyum), lantas bercerita apa adanya kepada Nabi tentang: gumaman keduniawian yang tiba-tiba muncul tak terkendali.

Hikmah;

Malalui peristiwa tadi, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam secara tak langsung memberi sabda dan fatwa bahwa sesuatu yang kadang terlintas dalam pikiran ketika shalat tidak menyebabkan batalnya ibadah, kendati hal ter-afdhal adalah persis seperti shalatnya Sayyidina Ali. Terlintas hal-hal yang duniawi ketika menghadap Ilahi masih tergolong sesuatu yang manusiawi, meskipun harus tetap terkendali.

Wallahu a’lam bis-shawab.
Semoga bermanfaat.

^^Bersihkan hati menuju ridha Ilahi^^

Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.



Sumber: Kisah dan Hikmah, Dhurorudin Mashad

Jumat, 26 Februari 2010

# Keutamaan Wirid.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Apa kabar sahabat, semoga rahmat Allah selalu terlimpah atas kita semua yang gemar mengkaji ilmu-Nya, amin.

Salam serta shalawat semoga tetap atas nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam beserta keluarga dan sahabatnya.

Alhamdulillah kami bisa menyapa antum wa antunna sekalian setelah beberapa hari ini fakum tanpa ada pesan yang terkirim, semoga Allah senantiasa memberikan keistiqomahan kepada kita dalam upaya saling nasehat-menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.

Untuk kesempatan kali ini kami akan membahas mengenai;

WIRID
Allah Subhanahu wata’ala telah menciptakan bumi yang penuh dengan hal-hal yang mudah bagi hamba-hamba-Nya. Hal itu dimaksudkan agar hamba menjadikan bumi Sebagai tempat tinggal. Selanjutnya, semua makhluk harus menyadari bahwa umur yang mereka miliki laksana kapal yang berjalan bersama penumpangnya.

Orang-orang yang tinggal di dunia ini bagaikan pelancong. Tempat tinggal mereka yang pertama adalah buaian dan tempat tinggal mereka yang terakhir adalah liang lahat. Negeri tujuan mereka adalah surga atau neraka. Umur bagaikan jarak perjalanan. Tahun-tahun adalah periode-periode perjalanan. Bulan-bulan yang dilaluinya adalah panjang perjalanan (farsakh). Hari-harinya laksana setiap mil yang ditempuh, dan nafasnya adalah langkah-langkahnya.

Ketaatan-ketaatan yang dijalaninya kepada Allah Subhanahu wata’ala merupakan barang dagangannya dan waktu yang dimiliki adalah modalnya. Syahwat dan hartanya adalah pencuri. Keuntungannya adalah ketika berjumpa dengan Allah Subhanahu wata’ala, yaitu di negeri yang sejahtera (daarus-salaam) bersama Raja Yang Maha Agung dan dipenuhi dengan kenikmatan yang abadi. Adapun kerugiannya adalah jauh dari Allah Subhanahu wata’ala. Semoga Allah melindungi kita semua dari belenggu dan siksaan yang pedih dari neraka Jahim. Karena itulah, orang yang lalai – meski hanya satu nafas – niscaya akan mengalami penyesalan dan merasa merugi tiada akhir dan tanpa batas.

# Keutamaan Wirid.

Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
“Sesungguhnya pada siang hari engkau sangat sibuk dengan urusan-urusan yang panjang. Dan sebutlah nama Rabb-mu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan sepenuh hati.” (al-Muzammil: 7-8)

Di dalam ayat lain, Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
“Dan sebutlah nama Rabb-mu pada (waktu) pagi dan petang. Dan pada sebagian dari malam, maka bersujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang di malam hari. (al-Insan: 25-26).

Jika kita ingin meraih kebahagiaan dan tidak mengalami kesengsaraan, maka pergunakanlah waktu siang dan malam dengan ketaatan kepada-Nya, sebagaimana yang telah diperlihatkan oleh pemimpin para rasul, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, meskipun Allah Subhanahu wata’ala telah mengampuni dosa-dosa beliau yang terdahulu dan yang akan datang, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tetap di perintahkan untuk taat kepada-Nya.

Dengan begitu, kita lebih patut untuk istiqomah dengan ketaatan walaupun dalam keadaan bahaya. Karena itu, janganlah kita terlalu menyibukkan diri mencari nafkah dan urusan-urusan duniawi, kecuali sekedar untuk mencukupi kebutuhan. Selain itu, pergunakanlah waktu kita untuk urusan akhirat dan jangan meninggalkan shalat malam (tahajud).

Berkenaan dengan hal ini, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Hendaklah seorang hamba melaksanakan qiyamulail, walaupun durasi waktunya sama dengan ketika memerah susu kambing.” (HR Thabrani).

Berdasarkan penjelasan di atas, seyogianya kita tidak bernafsu untuk tidur dengan mempersiapkan alas tidur yang empuk. Sebaliknya, sibukkanlah diri kita dengan shalat dan dzikir hingga mengantuk.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Setan mengikat tengkuk seseorang dari kalian dengan tiga ikatan ketika tidur. Pada setiap ikatan, setan akan memukul seraya berkata, ‘Tidurlah karena malam masih panjang.’ Jika ia bangun dan menyebut (mengingat) Allah Subhanahu wata’ala, lepaslah satu ikatan. Jika kemudian berwudhu, lepaslah satu ikatan lagi, dan apabila melaksanakan shalat, lepaslah ikatan yang terakhir. Setelah itu, ia pun menjadi rajin beribadah dan jiwanya menjadi baik. Jika tidak begitu, maka ia akan berjiwa buruk dan pemalas.” (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad dan Nasa’i).

Di dalam suatu riwayat diceritakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam diberitahu tentang seorang laki-laki yang selalu tidur sepanjang malam hingga menjelang pagi. Tentang orang itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Telinga orang itu telah dikencingi setan” (HR Bukhari, Muslim, Ahmad, Nasa’I dan Baihaqi).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,

“Dua rakaat yang dilakukan oleh seorang hamba pada tengah malam, lebih baik baginya dari pada dunia beserta isinya. Kalau saja aku tidak ingin memberatkan umatku, niscaya akan aku wajibkan shalat malam (tahajud) kepada mereka.”

Wallahu a’lam.

Semoga bermanfaat.

^^Bersihkan hati menuju ridha Ilahi^^

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.




Sumber: Mukhtashar Ihya Ulumuddin, Imam Ghazali

Sabtu, 20 Februari 2010

“Ataukah mereka dengki pada manusia atas apa yang Allah karuniakan kepadanya?”

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Apa kabar temen-temen? Semoga kebaikan selalu menyertai langkah kita. Salam serta shalawat semoga tetap atas junjungan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam beserta keluarga dan sahabatnya.

“Ataukah mereka dengki pada manusia atas apa yang Allah karuniakan kepadanya?”

Kedengkian (hasad) itu seperti makanan asin yang senantiasa merapuhkan tulang. Hasad itu juga seperti penyakit kronis yang selalu menggerogoti tubuh pelan-pelan hingga rusak dan membusuk. Ada ungkapan: “Tak ada yang menyenangkan dari seorang pendengki, karena ia akan selalu menjadi musuh dalam selimut.” Ada pula orang-orang yang berkata seperti ini: “Celaka benar seorang pendengki; memulai dengan persahabatan dan mengakhiri dengan pembunuhan.”

Saya berusaha mencegah diri pribadi saya dan juga Anda agar tidak mengidap penyakit dengki. Ini merupakan wujud kasih sayang saya terhadap diri saya sendiri dan terhadap Anda sebelum dapat mencurahkan kasih sayang kepada orang lain. Bagaimanapun, dengan dengki terhadap orang lain, kita sama halnya dengan memberi makan kegalauan kepada daging-daging kita, memberi minum kegelisahan kepada darah kita, dan menebarkan rasa kantuk pelupuk mata kita kepada orang lain.

Seorang pendengki, ibarat orang yang menyalakan pemanggang roti, lalu setelah panas ia menceburkan dirinya sendiri ke dalam pemanggang itu. Keresahan, kecemasan dan kegelisahan hidup merupakan penyakit-penyakit yang dilahirkan oleh sifat dengki untuk mengakhiri ketentraman, kesejahteraan dan kebahagiaan hidup. Bencana besar yang menimpa seorang pendengki adalah dikarenakan ia selalu melawan qadha’ (ketentuan Allah), menuduh Allah tidak adil dalam kebijakan-Nya, melecehkan syariat, dan selalu menyeleweng dari ajaran-ajaran yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Sungguh kedengkian itu merupakan penyakit yang tidak bakal mendatangkan pahala, dan bukan cobaan yang akan mendatangkan balasan baik dari Allah bagi para pelakunya. Seorang pendengki akan selalu panas ketika melihat orang lain mendapatkan kenikmatan dan kelebihan. Dan itu akan berlanjut sampai ia mati, atau kadang sampai kenikmatan orang lain tadi sudah tidak ada lagi.

Semua orang boleh diajak bersahabat, kecuali seorang pendengki. Sebab seorang pendengki akan selalu membawa kita agar menyepelekan nikmat-nikmat Allah, menanggalkan semua kepribadian baik kita, melepaskan ciri kehormatan kita, dan meninggalkan semua sejarah baik kita. Itulah hal-hal yang akan membuat seorang pendengki menerima – meski mungkin dengan berat hati – Anda sebagai sahabatnya. Akan tetapi, bukankah kita harus berlindung kepada Allah dari kejahatan seorang pendengki ketika mendengki? Betapapun, seorang pendengki itu tetap seperti ular hitam berbisa yang tidak akan pernah diam sebelum menyemburkan bisanya pada tubuh yang tak berdosa.

Sungguh, saya peringatkan diri saya dan Anda agar jangan sekali-kali mencoba untuk memiliki rasa dengki. Berlindunglah kepada Allah agar tidak bergaul dengan seorang pendengki, karena Dia-lah yang selalu mengawasi Anda!

Wallahu a’lam.
Semoga bermanfaat.


^^Bersihkan hati menuju ridha Ilahi^^

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Minggu, 14 Februari 2010

# Etika Berdoa

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Apa kabar sahabat? Semoga tetap khusyu’ dalam doa memohon kebaikan kepada-Nya, karena itu bersyukurlah kita memiliki Rabb Yang Maha Memperkenankan doa. Dalam berdoa tentunya harus dengan menggunakan etika. Untuk kali ini kita akan membahas mengenai;

# Etika Berdoa

Hendaknya orang yang akan berdoa memerhatikan waktu-waktu yang utama untuk berdoa dan dalam keadaan berwudhu, menghadap kiblat, melirihkan suara serta merendahkan diri, meyakini bahwa doanya akan dikabulkan, serta selalu mengulangi doanya.

Pada saat kita akan berdoa, hendaknya kita memulainya dengan menyebut nama Allah Subhanahu wata’ala, bershalawat kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, dan menyelesaikan permasalahan dengan orang-orang yang ia zalimi sebelum ia berdoa.

@ Keutamaan Bershalawat Kepada Nabi.

Diriwayatkan bahwa suatu ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam datang membawa kabar gembira. Wajah beliau terlihat sumringah, lalu berkata,
“Sungguh Jibril Alaihissalam telah datang kepadaku dan berkata, ‘Wahai Muhammad, apakah engkau tidak senang jika seseorang dari umatmu bershalawat kepadmu sekali dan akan kubalas dengan shalawat sepuluh kali untuknya.’” (HR Ahmad, Nasa’I, dan Hakim)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Siapa saja yang bershalawat kepadaku melalui tulisan, maka para malaikat akan terus berdoa dan memohonkan ampun untuknya selama namaku masih ada dalam tulisan itu.”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian bersabda,
“Siapa saja yang bershalawat kepadaku, maka para malaikat akan mendoakannya selama ia selalu bershalawat kepadaku. Karenanya, terserah seorang hamba, apakah ia akan bershalawat dengan jumlah sedikit atau banyak.” (HR Ahmad dan Ibnu Majah).

@ Keutamaan Istighfar.

Allah subhanahu wata’ala berfirman,
“Dan (juga) orang-orang yang apabila melakukan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya…” (Ali Imran : 135)

Allah subhanahu wata’ala berfirman,
“….dan orang yang memmohon ampun pada waktu sebelum fajar.” (Ali Imran : 17)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Sungguh aku beristighfar dan bertobat kepada Allah Subhanahu wata’ala dalam sehari semalam sebanyak 70 kali.” (HR Ahmad, Ibnu Majah, dan Tirmidzi)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Tidaklah berdosa orang yang memohon ampun, walaupun ia kembali berbuat dosa 70 kali dalam sehari.” (HR Abu Dawud, Baihaqi, dan Tirmidzi)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Siapa saja yang berbuat dosa, sedangkan ia mengetahui bahwa Allah Subhanahu wata’ala melihatnya, maka dosanya diampuni, meskipun ia tidak minta ampun.” (HR Thabrani)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,
“Allah Subhanahu wata’ala berfirman, ‘Wahai hamba-hamba-Ku, setiap diri kalian memiliki dosa kecuali yang Aku selamatkan. Maka, mintalah ampun kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampuni dosa kalian. Dan siapa yang menyakini bahwa Aku berhak mengampuni dosanya, niscaya Aku mengampuninya tanpa memedulikan dosanya.’” (HR Ahmad)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Siapa saja yang mengucapkan, ‘Subhaanaka zhalamtu nafsii wa ‘amiltu suu’an, faghfir lii innahu laa yaghfirudz- dzunuuba illaa anta (Maha Suci Engkau, wahai Rabb-ku, hamba telah menganiaya diri hamba dan berbuat dosa, maka ampunilah dosa-dosa hamba. Sungguh, tiada yang berhak mengampuni dosa-dosa hamba kecuali Engkau,’ maka Aku ampuni dosa-dosanya, walaupun seperti jalannya semut.”

Fudhail berkata, “Bertobat tetapi tidak berhenti berbuat dosa adalah tobat para pendusta.”

Wallahu a’alam.
Semoga bermanfaat.

^^Bersihkan Hati Menuju Ridha Ilahi^^

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.




Sumber : Mukhtashar Ihya Ulumuddin

Rabu, 10 Februari 2010

ZIKIR DAN DOA

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Apa kabar temen-temen? Alhamdulillah kami diberi kesempatan lagi menyapa Antum sekalian. Semoga apa yang kami bagikan bermanfaat bagi kami pribadi khususnya dan mudah-mudahan juga buat antum sekalian.

Salam serta shalawat semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam beserta keluarga berikut sahabat-sahabatnya.

Untuk kali ini kami akan membahas tentang;

ZIKIR DAN DOA

# Keutamaan Zikir dan Doa.

Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
“….Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu…” (al-Mu’min: 60).

Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
“Selanjutnya, apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah ketika kamu berdiri, pada waktu duduk, dan ketika berbaring….” (an-Nisaa: 103).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Orang yang mengingat Allah diantara orang-orang yang lalai adalah seperti pohon yang hijau diantara rumput-rumput yang kering.” (HR Thabrani)

Beliau juga bersabda,
“Orang yang mengingat Allah diantara orang-orang yang lalai adalah seperti orang yang hidup diantara orang-orang yang telah mati.” (HR Ahmad).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Suatu kaum yang duduk di dalam sebuah majlis sambil mengingat Allah Subhanahu wata’ala (berzikir) pasti dikelilingi oleh para malaikat, dilimpahi rahmat Allah, dan Allah akan menyebut (mengingat) mereka diantara para malaikat yang berada di sisi-Nya.” (HR Ahmad, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban).

Di dalam hadits yang lain, beliau bersabda,
“Tidaklah duduk suatu kaum berada di suatu tempat tanpa menyebut (mengingat) Allah Subhanahu wata’ala serta tidak bershalawat atas Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, kecuali mereka akan diliputi rasa penyesalan dan kesedihan pada hari kiamat nanti.” (HR Ahmad, Tirmidzi, dan Hakim).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Perkataan paling baik yang diucapkan olehku dan oleh para nabi sebelumku adalah kalimat, ‘Laa ilaaha illallaah wahdahuu laa syariikalah (tiada rabb selain Allah semata dan tiada sekutu bagi-Nya).’’’

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Barang siapa yang setiap setelah shalat bertasbih, bertahmid, dan bertakbir, (masing-masing) sebanyak 33 kali, serta mengakhiri dengan seratus bacaan, ‘Laa ilaaha illallaah wahdahuu laa syariikalahu, lahul mulku wa lahul hamdu yuhyii wa yumiitu wa huwa ‘alaa kullii syai-in qadiir (tiada rabb selain Allah semata dan tiada sekutu bagi-Nya. Hanya milik-Nya segala kekuasaan dan segala pujian. Dia-lah Yang Maha Menghidupkan dan Mematikan dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu),’ niscaya dosa-dosanya diampuni meskipun sebanyak buih di lautan.” (HR Muslim, Ahmad, dan Baihaqi).

Diriwayatkan bahwa ada seorang laki-laki yang datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam lalu berkata, “Rasulullah, dunia telah berpaling dariku dan hartaku juga berkurang menjadi sedikit.”

Beliau menjawab,”Di manakah kamu ketika malaikat bertasbih dan semua makhluk bertasbih, padahal dengan itu semua mereka diberi rezeki?”

Orang itu bertanya kembali, “Rasulullah, apakah itu?”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab,
“Katakanlah, ‘Subhanallaahi wa bihamdihi, subhanallaahil ‘adziimi wa bihamdih (Maha suci Allah dengan memuji-Nya [hamba memulai], Mahasuci Allah dengan segala keagungan-Nya).’ Dan beristighfarlah seratus kali diantara terbitnya fajar hingga kamu melaksanakan shalat subuh, niscaya dunia akan datang kepadamu dengan tunduk dan kerendahan. Allah juga menciptakan, dari setiap kata yang engkau ucapkan, seorang malaikat yang bertasbih kepada Allah Subhanahu wata’ala hingga hari kiamat, dan kamu akan mendapat pahala bacaan tasbih itu.”

Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Apabila seorang hamba mengucapkan kalimat, ‘ Al-Hamdulillaah,’ maka (seakan-akan) pahalanya telah mengisi ruang antara langit dan bumi. Dan apabila ia mengucapkan kalimat itu untuk kedua kali, maka Allah Subhanahu wata’ala akan berfirman kepadanya, ‘Mintalah kepada-Ku, niscaya kamu pasti diberi.”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“amalan-amalan baik yang kekal adalah ucapan, ‘Laa ilaaha illallaahu, subhaanallaahi, Allaahu akbar, Al-Hamdulillaah, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘adzhiim.’ Lalu beliau bersabda, ‘Seseorang yang mengucapkan (ucapan di atas), dosa-dosanya pasti diampuni, meskipun dosa-dosanya seperti buih di laut.”

Dalam hal ini perlu kita pahami bahwa zikir-zikir yang bermanfaat adalah zikir yang diresapi di dalam hati. Adapun zikir yang tidak diresapi tidak akan mendatangkan banyak manfaat karena tujuan zikir adalah Allah Subhanahu wata’ala dan hal itu akan terwujud dengan zikir yang istiqamah dan dirasakan oleh hati.

Wallahu a’lam.
Semoga bermanfaat.

^^BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI^^

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Diposting juga ke:
http://debyanhajiprastyo.blogspot.com/


Sumber: Mukhtashar Ihya Ulumuddin

Minggu, 07 Februari 2010

TIDAK TAKUT DI CELA

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Apa kabar temen-temen? Semoga Allah selalu memberikan kekuatan kepada kita semua untuk menghadapi berbagai cobaan, berbagai cela yang menghampiri hidup kita.
Salam serta shalawat semoga tetap kepada junjungan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam beserta keluarga dan sahabatnya.

TIDAK TAKUT DI CELA

“KATAKANLAH: WAHAI RABB, YANG MAHA KUASA, ENGKAU BERIKAN KEKUASAAN KEPADA ORANG YANG ENGKAU KEHENDAKI, DAN ENGKAU AMBIL KEKUASAAN DARI ORANG YANG ENGKAU KEHENDAKI. ENGKAU BERIKAN KEMULIAAN KEPADA ORANG YANG ENGKAU KEHENDAKI, DAN ENGKAU TIMPAKAN KEHINAAN KEPADA ORANG YANG ENGKAU KEHENDAKI. DI TANGAN-MU-LAH SEMUA KEBAIKAN. DAN SESUNGGUHNYA ENGKAU MAHA KUASA ATAS SEGALA SESUATU.” (ALI IMRAN: 26)

Open Up Your Mind
Ayat di atas menjelaskan bahwa kalau kita benar-benar meyakini Allah Subhanahu wata’ala maka kita tidak akan pernah takut kepada siapa pun; kita tidak akan takut dengan segala tipu daya muslihat dan segala bentuk rekayasa orang-orang yang membenci kita. Kenapa begitu?

Karena kita yakin benar bila kita pada posisi yang benar maka Allah Subhanahu wata’ala akan menolong kita. Kita yakin tidak ada kekuatan besar apapun yang dapat menghentikan atau menggagalkan keinginan Allah Subhanahu wata’ala bila Dia menghendaki hamba-Nya menjadi mulia atau sebaliknya, hina.

Dengan berkembangnya budaya media massa, untuk menjatuhkan nama baik seseorang, sering kali orang menggunakan kekuatan media massa sebagai alat untuk melakukan pengrusakan nama baik. Namun tak jarang masih ada juga yang mempercayai kekuatan-kekuatan paranormal atau dukun untuk mencelakai orang yang tidak disukainya.

Tapi, masalahnya bila seseorang itu benar-benar hatinya bersih, menjauhkan diri dari makanan yang tidak halal, mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wata’ala, dan benar-benar menyerahkan seluruh kehidupannya kepada Allah Subhanahu wata’ala, maka segala bentuk muslihat, tipu daya dan rekayasa tidak akan berdampak apa-apa.

Cahaya dan keyakinan kepada Allah Subhanahu wata’ala dengan setulus-tulusnya akan menjadi sebuah perisai dan perlindungan bagi segala macam rekayasa jahat. Allah Subhanahu wata’ala sangat mencintai hamba-hamba-Nya yang terus berserah diri dan bersabar atas segala masalah yang dihadapi. Di kehidupan dimana kebersihan dan kejujuran moral sudah semakin langka, orang-orang yang terus berjuang, bermujahadah untuk selalu hidup bersih memang mengalami tantangan yang hebat. Tapi, Allah Subhanahu wata’ala secara pribadi menyatakan bahwa itu menjadi bagian dari ujian kecintaan hamba kepada Allah Subhanahu wata’ala.

Artinya, dengan segala resiko apapun demi cintanya kepada Allah Subhanahu wata’ala, seorang hamba akan rela menerima segala bentuk ujian dari; hinaan, celaan, ejekan dan lain-lain. Tapi, itu semua untuk menguatkan rasa cinta kepada yang dicintai, yakni Allah Subhanahu wata’ala semata.

Jadi, masalahnya sekarang adalah, sudahkah kita benar-benar menyerahkan segala urusan dan kehidupan kita kepada Allah Subhanahu wata’ala; sehingga tidak takut menghadapi resiko celaan? Kalau belum, kita mesti memulainya.

“JADILAH SEPERTI MENARA YANG KUKUH, GEMPA TAK MAMPU MENGGOYANG UJUNGNYA.” (DANTE)


http://debyanhajiprastyo.blogspot.com/



Sumber: Motivasi Qurani Harian, Tasirun Sulaiman

Senin, 01 Februari 2010

# Amalan Hati Ketika Membaca Al-Qur’an.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Apa kabar temen-temen? Semoga selalu dalam selimut Rahmat cinta-Nya.

Salam serta shalawat semoga tetap kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam beserta keluarga dan sahabatnya.

Kali ini kita akan melanjutkan bahasan tentang;

# Amalan Hati Ketika Membaca Al-Qur’an.


Hendaknya Al-Qur’an di baca dengan penuh pengagungan dan renungan karena sesungguhnya Allah Subhanahu wata’ala telah memberikan pemahaman kepada makhluk-makhluk-Nya melalui huruf-huruf dan suara-suara yang terkandung di dalam Al-Qur’an yang merupakan gambaran dari sifat-sifat-Nya.

Bagaimanakah sifat-sifat-Nya dapat diketahui dari itu semua? Kalau saja kesempurnaan kalam-Nya tidak terbungkus dalam huruf-huruf tersebut, maka kalam dari singgasana Allah tidak akan terdengar. Tetapi, walaupun kalam dari singgasana Allah itu tidak terdengar, hal itu tidak akan menghilangkan kebesaran kekuasaan-Nya dan kesucian cahaya-Nya.

Kalau saja Allah tidak memberi kekuatan kepada Nabi Musa Alaihissalam, niscaya Nabi Musa tidak akan mampu mendengar kalam Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana gunung yang tidak kuat memikul beban cahaya Allah sehingga gunung itu hancur.

Di samping itu, seorang pembaca Al-Qur’an hendaknya mengagungkan Allah Subhanahu wata’ala di dalam hatinya, seakan-akan Allah sedang berbicara langsung kepadanya dengan kalam-Nya tersebut. Hati pun selayaknya seakan hadir untuk Al-Qur’an dengan meninggalkan pembicaraan akan diri sendiri, lalu merenungi dan memahami apa yang dibacanya. Sungguh, banyak orang yang tidak memahaminya karena sebab-sebab tertentu yang tidak masuk akal, serta tergoda oleh godaan-godaan setan yang merasuki hati mereka. Dengan begitu, hati mereka menjadi buta akan cahaya keagungan Al-Qur’an.

Hendaknya seorang pembaca Al-Qur’an itu mampu menangkap tujuan utama yang termaktub di dalam Al-Qur’an. Jika ia mendengar perintah atau larangan, maka ia harus menyadari bahwa dirinya sebagai objek yang diperintah atau dilarang. Dengan begitu, terbekas di dalam hatinya beragam pemahaman sesuai keragaman ayat.


# Memahami dan Menafsirkan Al-Qur’an Dengan Akal.


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Sungguh Al-Qur’an itu memiliki sisi yang jelas dan yang tersembunyi, serta ada sisi yang terbatas dan sisi yang tersingkap.”

Dalam hal ini, Ali radhiyallahu ‘anh berkata, “Andai saja aku menginginkan, niscaya akan aku bebankan 70 ekor unta dengan (kitab-kitab) tafsir al-Fatihah.”

Jelas bahwa rahasia-rahasia Al-Qur’an tidak terbatas. Keajaiban-keajaiban yang terkandung di dalamnya pun tidak terhitung. Semua itu tergantung pada kesucian hati.

Dengan demikian, penafsiran bukanlah dengan cara di dengar atau dipindahkan begitu saja seperti halnya turunnya wahyu. Rasulullah berdoa untuk Ibnu Abbas radhiyllahu ‘anh,

“Ya Allah, anugerahilah ia pemahaman yang mendalam tentang agama dan anugerahilah ia pengetahuan tentang takwil.” (HR Bukhari, Muslim dan Ahmad).

Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

“….Tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya (secara resmi) dari mereka (Rasul dan Ulil Amri)….” (An-Nisaa’: 83).

Allah subhanahu wata’ala telah memberikan landasan kebenaran bagi orang-orang yang berilmu. Hal itu menunjukkan bahwa mereka tidak hanya sebatas mendengar.


Wallahu a’lam.
Semoga bermanfaat.


^^BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI^^


Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

http://debyanhajiprastyo.blogspot.com/


Sumber: Mukhtashar Ihya Ulumuddin, Imam Ghazali.