Senin, 19 Juli 2010

Adab-adab Pergaulan

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wata’ala yang tak henti-hentinya melimpahkan berkah serta rahmat-Nya kepada kita sekalian.
Salam serta shalawat kita sampaikan kapada Nabi besar Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah menuntun kita semua dari jalan gelap menuju jalan yang terang yang diridhai oleh Allah Subhanahu wata’ala.

Adab-adab Pergaulan

Ikhwah fillah rahimakumullah, kita sebagai makhluk sosial tak kan pernah lepas dari kebutuhan untuk saling berinteraksi satu sama lain. Kita tidak bisa hidup sendiri, melakukan segala sesuatunya sendiri. Dari interaksi ini bisa menimbulkan keterikatan satu sama lain sehingga tercipta rasa saling percaya, saling mencintai dan menyayangi diantara mereka.

Saling mencintai karena Allah dan saling menolong dalam kebaikan dan taqwa adalah perbuatan yang terpuji. Ikatan cinta yang terjadi adalah buah dari akhlaq yang mulia, lahir dari ketulusan hati karena iman yang kuat kepada Ilahi Rabbi.

Tiada lain yang bisa menyatukan hati manusia kecuali Allah Subhanahu wata’ala.
“…..Lalu Allah mempersatukan hatimu sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara…” (Ali Imran : 103)

Saudaraku, yang kami cintai karena Allah. Allah-lah yang berkuasa melakukan apa saja yang menjadi kehendak-Nya. Dengan rahmat-Nya Allah meletakkan rasa saling mencintai ke dalam dada hamba-hamba-Nya yang beriman. Rasa cinta yang timbul bukan karena banyaknya harta, bukan karena wajah yang rupawan atau pun cinta yang dibalut oleh berbagai kepentingan, tetapi cinta yang dilandasi oleh kemurnianiman dalam kecintaan kepada Allah yang Maha Mencinta dan yang paling berhak untuk dicinta.

Berbahagialah kita jika mempunyai seorang saudara yang shalih dan sholihah. Saudara di jalan Allah yang bisa membimbing kita kepada jalan ketaatan, mengingatkan ketika kita lupa, menegur ketika salah dan menunjukkan kita jalan menuju surga.

Dalam Haditsnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan di dalam dirinya, Dia akan menganugerahkan kepadanya teman shaleh yang akan mengingatkannya apabila dia lupa dan membantunya apabila dia ingat. “ (HR. Abu Dawud)

Sabdanya yang lain :
“Barang siapa yang bersaudara dengan saudara di jalan Allah, Allah akan mengangkatnya satu derajat di surga yang tidak bisa di dapatkannya dengan sesuatu dari amalnya.”

Ayyuhal ikhwah, lalu bagaimana persaudaraan di jalan Allah dan bagaimana karakteristik orang yang bisa dijadikan sebagai teman ?
Tunggu postingan kami berikutnya…

“Bersihkan hati menuju ridha Ilahi^^

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Diposting juga ke :
http://debyanhajiprastyo.blogspot.com/

Kamis, 15 Juli 2010

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillah wa syukurilah, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya kita masih diberi kesempatan untuk menikmati indahnya hidup ini, merasakan nikmatnya beribadah dan melakukan segala aktivitas kita sehari-hari.

Shalawat serta salam semoga tetap atas pemimpin suri tauladan kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam berserta keluarga dan sahabatnya.

Ikhwah fillah yang dicintai Allah, mohon maaf jika beberapa bulan terakhir ini kami tidak pernah menengok kalian lewat pesan-pesan yang kami kirimkan.

Bukan karena sibuk dengan rutinitas di dunia nyata yang membuat kami demikian, bukan karena kehabisan bahan untuk kami berikan karena sesungguhnya semua dari Allah dan ilmu Allah begitu luas menjangkau ke seisi langit dan bumi.

Namun sungguh, semua karena kondisi ruhiyah kami yang sedang tidak baik. Iman kami yang goyah, terguncang oleh gemerlapnya dunia, terlena dengan kenikmatan semu namun sengguh hebat membelenggu jiwa dan raga ini.

Ayyuhal ikhwah rohimakumullah, dalam setiap jengkal perjalanan kita menapaki hidup ini akan selalu ada kerikil dan duri tajam yang kita lalui. Ketika iman kita tengah menyala, maka dengan mudah kita melewati dan mengatasi hal-hal yang diakibatkanya. Namun mana kala iman kita lemah, sekecil apapun godaan akan susah kita hindarkan.

Hidup tak kan pernah lepas dari cobaan, namun yakinlah bahwa kesakitan yang kita rasa tak akan melekat selamanya. Iman pun begitu fluktuatif kadang naik pada suatu saat hingga manusia sampai pada posisi taqwa, namun tidak jarang ia turun, melemah hingga manusia berada pada titik dasar kehinaan dan hanya kepada Allah-lah kita memohon untuk menetapkan hati ini atas agama-Nya.

Begitu pula yang kami alami belakangan ini. Sinar itu seakan meredup dan hampir padam. Hati ini terasa semakin gelap terbungkus oleh noda-noda hitam. Namun dalam kegelapan selalu ada satu titik cahaya yang menuntun hati manusia untuk kembali kepada fitrahnya yaitu hamba yang selalu taat kepada-Nya.

Subhanallah, dengan kelembutan cinta-Nya, dengan rahmat kasih sayang-Nya Allah masih berkenan menurunkan cahaya hidayah-Nya.
Lewat seorang sahabat, saudara fillah-ku Allah seakan mengingatkan diri ini untuk bangkit dari futuritas, bangun dari keterlenaan, kembali lagi kepada kebaikan.

Kini, sinar itu mulai menerangi hati. Meski masih redup nyalanya namun mampu menerangi hati yang dibayangi kegelapan. Sedikit-demi sedikit diri ini mencoba untuk menata hati, memperbaiki hubungan yang sempat rusak terlebih hubungan dengan Allah Sang Kekasih hati.

Ikhwah fillah, mungkin itu sedikit yang bisa kami bagi untuk awal silaturahmi kita lewat media ini, semoga bisa menjadi hikmah khususnya bagi kami pribadi dan kepada Ikhwah fillah sekalian.

Terima kasih tak terhingga kepada sahabat, saudara yang telah memberikan semangat dan dorongan kepada kami untuk selalu memperbaiki diri. Semoga kita semua selalu diselimuti rahmat dan cinta-Nya dalam setiap desahan nafas ini. Amiin.


^^Bersihkan hati menuju ridha Ilahi^^


Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Salam,
Debyan Haji Prastyo

http://debyanhajiprastyo.blogspot.com/

Kamis, 29 April 2010

ETIKA KETIKA MAKAN

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Apa kabar temen-temen, semoga senantiasa dalam selimut rahmat-Nya, dijauhkan dari segala macam keburukan siang dan malam.

Salam serta shalawat semoga tetap tercurah kepada Junjungan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarga beserta sahabat, juga seluruh umatnya hingga yaumil akhir.

Temen-temen ikhwan wa ikhwati fillah, sungguh karena keterbatasan ilmu dan waktu kami sehingga lama tidak meng-update pesan kepada antum sekalian. Atau mungkin karena kami yang belum bisa istiqomah dalam da’wah perjuangan ini, Semoga Allah mengampuni kami, atas kekhilafan ini.

Melanjutkan pembahasan kita beberapa hari yang lalu mengenai etika sebelum makan, untuk kali ini kita akan belajar bagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan tatacara makan yang benar.

ETIKA KETIKA MAKAN

Ketika memulai makan hendaknya kita mengawali dengan membaca basmallah, dianjurkan makan dengan menggunakan tangan kanan, memperkecil suapan agar dapat dikunyah dengan baik, tidak memasukkan makanan lagi sebelum menelan makan yang ada di mulut, serta tidak mencela makanan.

Anas radhiyallahu ‘anh meriwayatkan,

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah mencela makanan, Apabila beliau menyukai suatu makanan, beliau memakannya. Apabila beliau tidak menyukainya, beliau tidak memakannya.” (HR. Muslim).

Salah satu etika makan yang lain adalah mengkonsumsi makanan yang ada di hadapan kita.

“Makanlah makanan yang ada di hadapanmu.” (HR. Bukhari-Muslim).

Kita juga dianjurkan untuk tidak memulai makan dari tengah makanan, tapi mulai dari tepi makanan.

Kita dianjurkan tidak mengusap tangan dengan sapu tangan sebelum menjilati sisa makanan yang ada di jari-jari sebab kita tidak tahu di makanan yang mana ada berkah Allah.

Ketika hendak menkonsumsi makanan yang masih panas, kita dilarang meniup makanan tersebut. Perbuatan seperti itu dilarang oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Ketiaka minum, hendaknya kita mengambil gelas dengan tangan kanan sambil mengucapkan bismillah, setelah itu meminumnya dengan cara menghisap air yang ada di gelas, bukan dengan meneguknya. Setelah minum kita dianjurkan membaca doa berikut yang artinya:

“Segala puji bagi Allah yang telah menjadikannya tawar dan segar karena rahmat-Nya. Dan tidak pula menjadikannya asin dan pahit karena dosa-dosa yang kami lakukan.” (HR. Abu Dawud)

ETIKA SETELAH MAKAN

Setelah makan, kita dianjurkan membersihkan makanan yang ada di sela-sela gigi, serta membaca doa yang artinya,

“Segala puji bagi Allah yang telah memberi kami makan dan minum dan menjadikan kami termasuk orang-orang yang berserah diri.”

Semua hal itu di akhiri dengan mencuci tangan dan mulut.

Wallahu a’lam,

Semoga apa yang kita dapat bermanfaat bagi kami pribadi juga bagi ikhwah fillah sekalian.

^^Bersihkan hati menuju ridha Ilahi^^

Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.



Sumber: Mukhtashar Ihya Ulumuddin, Imam Ghazali.

Kamis, 15 April 2010

Etika Makan dan Minum

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Apa kabar temen-temen, semoga rahmat Allah selalu menaungi kita dalam meniti hari menjalani setiap episode kehidupan yang kita alami.
Salam serta shalawat semoga tetap kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarga beliau, sahabat serta umatnya sampai akhirul zaman.

Temen-temen yang kami cintai karena Allah, untuk kali ini kita akan belajar tentang;

Etika Makan dan Minum

1. Etika Sebelum Makan
Setiap muslim hendaknya mengkonsumsi makanan yang baik dan halal. Selain itu, kita harus berniat makan agar kuat untuk menjalankan perintah Allah Subhanahu wata’ala.

Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
“Wahai para Rasul! Makanlah dari (makanan) yang baik-baik, dan kerjakanlah kebajikan…” (al-Mu’minun: 51)
Apabila kita makan dengan niat karena Allah, kita hendaknya mengawali dengan mencuci tangan karena dalam aktivitas kita sehari-hari sangat memungkinkan kita terkena kotoran.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya,
“Berwudhu (mencuci tangan) sebelum makan dapat menghilangkan kefakiran; dan berwudhu (mencuci tangan) sesudah makan dapat menghilangkan kegilaan.” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi)

Selain itu , kita hendaknya meletakkan makanan di atas sufrah (alas makanan) dan ini merupakan salah satu sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau meletakkan makanan seperti itu kerena perbuatan tersebut lebih mendekati sifat tawadhu’.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya,
“Aku tidak pernah makan sambil bersandar. Sungguh, aku adalah seorang hamba yang makan dan minum sebagaimana cara makan dan minum hamba yang lain.” (HR Bukhari, Abu Dawud, dan Ibnu Majah)

Hendaknya jangan terlalu kenyang karena hal itu mendorong seseorang untuk melampiaskan nafsu dan berpotensi menyebabkan timbulnya berbagai penyakit.

Dianjurkan makan sambil duduk hingga selesai. Kebiasaan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang lain adalah makan dengan posisi berlutut, terkadang dengan posisi bersila, serta terkadang dengan menegakkan kaki kanan dan duduk di atas kaki kiri.

Hukum makan dan minum sambil tidur dan bersandar adalah makruh, kecuali ada halangan yang menjadikan seseorang terpaksa untuk berbuat begitu. Disamping itu, orang yang makan harus berniat agar kuat dalam menjalankan ibadah. Karena itu, dia hanya dibenarkan untuk makan sedikit. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Anak Adam tidak diperbolehkan memenuhi perutnya dengan keburukan. Cukuplah ia memakan beberapa suap, untuk menguatkan tulang punggungnya. Jika ia hendak makan lebih dari itu, maka sepertiga (dari perutnya) dialokasikan untuk tempat makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk napasnya.” (HR Tirmidzi, Ahmad, Hakim, dan Ibnu Majah)

Oleh karena itu, setiap orang hendaknya tidak makan sebelum merasa lapar; karena makan dalam keadaan kenyang akan membuat hati keras. Jadi, setiap muslim dianjurkan berhenti makan sebelum kenyang. Begitu juga, ketika hendak makan, ia tidak diperbolehkan menunggu makanan yang lebih lezat; hendaklah ia mengkonsumsi makanan yang sudah tersedia.

Selain itu, setiap muslim juga dianjurkan untuk mengundang banyak orang sebelum mulai makan, meskipun hanya mengundang saudara atau anaknya. Hal itu karena makanan yang paling baik adalah makanan yang dimakan oleh banyak orang.
Malik meriwayatkan bahwa Rasulullah tidak pernah makan sendirian.

Bersambung… insya Allah.

Wallahu a’lam,
Semoga bermanfaat.

^^Bersihkan hati menuju ridha Ilahi^^

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Sumber : Mukhtashar Ihya Ulumuddin

Selasa, 13 April 2010

Shalatnya Arab Badui

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Apa kabar temen-temen? Semoga kita semua selalu dalam limpahan berkah dan rahmat-Nya. Salam serta shalawat semoga tetap atas junjungan Nabi Besar Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam besarta keluarga dan sahabatnya.

Kali ini kami menyapa temen-temen sekalian dengan sebuah kisah tentang;

Shalatnya Arab Badui.

Suatu hari ada seorang Arab Badui masuk masjid lantas menjalankan shalat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengamati secara seksama tatacara Arab Badui tadi menjalankan shalatnya. Sama sekali, dia tidak memperlihatkan shalatnya secara sempurna. Ruku’nya tidak tuma’ninah. I’tidalnya tidak tuma’ninah. Sujudnya tidak tuma’ninah. Semua serba terburu-buru. Seusai Badui menyelesaikan shalat, segera saja dia dipanggilnya. Lantas Nabi bertanya kepada sahabat yang sedang khalaqah, “Tahukah kalian, siapa seburuk-buruk pencuri di hadapan Allah?”
Para sahabat menjawab, “Kami tidak tahu wahai Rasulullah. Engkau tentu lebih tahu dari pada kami. Oleh karena itu terangkanlah.”
Nabi lantas menjelaskan, “Seburuk-buruk pencuri di hadapan Allah adalah orang yang mencuri shalatnya. Yakni orang yang tidak tuma’ninah dalam ruku’nya, dalam I’tidal dan dalam sujudnya. Shalat yang dilakukannya persis seperti ayam mematuk makanannya.”
Beberapa tahun kemudian pada masa amirul mu’minin Ali Karromallahu wajhahu, kembali terjadi seorang Arab Badui masuk masjid lantas menjalankan shalat. Sayyidina Ali memperhatikan dengan seksama tata cara badui tadi menjalankan shalat, menyembah Ilahi. Karena prosesi shalatnya banyak yang tak sempurna akibat ketergesaan, maka seusai Badui itu melakukan shalat Ali radhiyallahu ‘anhu mendekatinya dengan memegang cambuk. “Hai Fulan, kamu ulangi shalatmu. Kamu shalat sama sekali tidak khusyu’ apalagi tuma’ninah, yang oleh Nabi disebut sebagai seburuk-buruknya pencuri.”
Orang Badui itu pun mengulangi shalat, memperbagus prosesinya dengan khusyu’, kesempurnaan dan tuma’ninah. Seusai shalat, lantas Sayyidina Ali mendatangi lagi, dan bertanya, “Shalat mana yang menurutmu baik. Shalat yang pertama ataukah yang kedua?”
Namanya orang badui, tentunya menjawab polos, “tentu saja shalatku yang pertama wahai Amirul mu’minin. Sebab, pada shalatku yang pertama kulakukan karena Ilahi sedang shalatku yang kedua kulakukan karena aku takut terkena cambukanmu.”

Hikmah,
Shalat – dan ibadah apapun – yang dilakukan dengan berdasar riya’ (pamer) atau pun karena takut, sungkan, kepada orang lain nilainya sama dengan nol. Dalam konteks ini Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengingatkan bahwa riya’ yang melandasi perbuatan baik apapun dapat memusnahkan nilai kebajikan yang terkandung di dalamnya, persis seperti api menghabiskan kayu bakar. Ketika orang beramal karena ingin dipuji orang, dia tak dapat pahala apapun, kecuali hanya pujian dari orang dengan disebut pemurah. Adalah sungguh indah ungkapan dari seorang sufi yang bertindak apapun ditempatkan dalam kerangka Ilahi. Yaa Rabbii, anta maksuudi, wa ridhaaka matluubi, Wahai Rabb-ku hanya Engkau yang aku tuju dan hanya redha-Mu yang aku cari.

Wallahu a’alam,
Semoga bisa diambil hikmahnya.

^^Bersihkan hati menuju ridha Ilahi^^

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.



Sumber:
Kisah & Hikmah, Dhurarudin Mashad

Minggu, 21 Maret 2010

Anjuran memperbanyak Kebaikan di Akhir Usia.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Apa kabar saudaraku, maafkan jika beberapa lama melewatkan waktu untuk menyapamu, berbagi ilmu. Semoga Allah mengampuni dosa-dosaku dan semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepadamu dan juga kepadaku, kepada kita semua.

Salam serta shalawat semoga tetap atas junjungan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam beserta keluarga dan sahabat beliau.

Untuk kali ini perkenankan kami menyampaikan masalah;

Anjuran memperbanyak Kebaikan di Akhir Usia.

Allah Subhanahu wata’ala telah berfirman yang artinya:
“Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berpikir bagi orang yang mau berpikir, dan (apakah tidak) datang kepadamu pemberi peringatan?” (Al-Faathir : 37)

Dalam haditsnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anh, dari Nabi Muhammad Shallahhu ‘alaihi wasallam beliau bersabda, “Allah telah memberi kesempatan kepada seseorang yang dipanjangkan usianya sampai enam puluh tahun.” (HR Bukhari).

Sahabat…, kita tak akan pernah tahu kapan jatah usia kita berakhir. Ada yang oleh Allah diberi kesempatan hingga usia enam puluh tahun atau lebih sebagai mana rata-rata usia umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Namun begitu tidak jarang pula Allah memanggil hamba-Nya ketika masih muda belia.

Beruntunglah bagi orang-orang yang bisa peka dan menyadari akan tanda-tanda datangnya kematian, diantaranya ketika datang sakit, uban yang mulai tumbuh di kepala, kulit yang semakin keriput di makan usia senja dan tanda-tanda lainnya.

Berbahagialah bagi mereka yang bisa mempergunakan setiap kesempatan yang diberikan berupa umur untuk terus memperbanyak kebaikan, mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya untuk kita pulang ke kampung akhirat, kampung halaman yang hakiki, bertemu dengan sang Kekasih pujaan hati yaitu Allah yang Maha Kasih.

Semoga Allah Subhanahu wata’ala senantiasa melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya kepada kita semua. Amin ya Rabbal ‘alamiin.

Wallahu a’alam, semoga bermanfaat.

^^Bersihkan hati menuju ridha Ilahi^^

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.



Sumber: Kumpulan Hadits dari Riyadhus Shalihin, Imam An-Nawawi dengan beberapa tambahan.

Kamis, 11 Maret 2010

Bersunggguh-sungguh dalam Beramal (Mujahadah)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Apa kabar sahabat? Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wata’ala yang masih memberi kesempatan kepada kita semua untuk sama-sama belajar tentang ilmu agama ini, semoga apa yang kita pelajari bermanfaat khususnya buat kami pribadi juga buat ikhwah wa ukhti fillah sekalian.

Salam serta shalawat semoga tetap tercurah atas Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam beserta keluarga dan sahabat beliau serta umatnya hingga akhir zaman.

Sahabat yang kami cintai karena Allah, berikut beberapa ayat serta hadits tentang;

Bersunggguh-sungguh dalam Beramal (Mujahadah)

“Dan orang-orang yang berjihad (untuk mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (Al-Ankabut: 69).

“Dan sembahlah Rabb-mu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).” (Al-Hijr: 99).

“Sebutlah nama Rabb-mu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan.” (Al-Muzamil: 8).

“Siapa saja yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (Al-Zalzalah: 7).

“Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya.” (Al-Muzamil: 20).

“Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya.” (Al-Baqarah:197).

‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Sesungguhnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam selalu bangun untuk mengerjakan shalat malam sampai kedua kakinya bengkak. ‘Aisyah bertanya, “Wahai Rasulullah mengapa engkau berbuat demikian, sedangkan Allah telah mengampuni dosamu, baik yang telah lampau maupun yang akan datang?” Beliau menjawab, “Apakah tidak sepantasnya aku menjadi seorang hamba yang selalu bersyukur.” (Muttafaq ‘alaih)

Abu Abdullah (Abu Abdurrahman Tsauban) sahaya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Hendaklah kamu memperbanyak sujud. Sesungguhnya jika kamu sujud satu kali saja sujud karena Allah, niscaya Allah mengangkat satu derajat dan Allah menghapus satu kesalahanmu.” (HR Muslim).

Sa’id bin Abdul Aziz, dari Rabi’ah bin Yazid, dari abu Idris Al-Khaulani, dari Abu Dzarr Jundub bin junadah radhiyallahu ‘anhum, dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau menceritakan apa yang difirmankan oleh Allah: “Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku mengharamkan menzhalimi diri dan Aku juga mengharamkan kepada kamu semua, maka semua saling menganiaya. Hai hamba-Ku kamu semua itu tersesat kecuali orang yang telah Aku beri petunjuk, maka mohonlah petunjuk kepada-Ku niscaya Aku berikan petunjuk kepadamu. Wahai hamba-Ku, kalian itu lapar kecuali orang-orang yang Aku beri makan, maka mohonlah makan kepada-Ku niscaya Aku akan memberi makan kepada kamu semua. Wahai hamba-Ku, kalian orang yang telanjang kecuali orang yang Aku beri pakaian, maka mohonlah pakaian kepada-Ku niscaya Aku akan memberi pakaian kepada kamu semua. Wahai hamba-Ku, kamu semua selalu berbuat dosa baik di malam maupun di siang hari dan Aku adalah Dzat yang Mengampuni semua dosa, maka mohonlah ampun kepada-Ku niscaya Aku memberi ampun kepadamu. Wahai hamba-Ku, kamu semua tidak akan dapat berbuat sesuatu yang dapat merugikan-Ku dan tidak pula berbuat sesuatu yang menguntungkan Aku. Wahai hamba-Ku, seandainya orang yang pertama dan yang terakhir dari kamu, manusia dan jin mereka berhati taqwa seperti paling taqwanya diantaramu, itu tidak akan menambah kerajaan-Ku sedikitpun. Wahai hamba-Ku, seandainya orang yang pertama dan yang terakhir dari kamu, manusia dan jin mereka berhati jahat seperti sejahat-jahatnya seseorang diantara kamu, itu tidak akan mengurangi kerajaan-Ku barang sedikitpun juga. Wahai hamba-Ku jika orang yang terdahulu dan orang yang terakhir diantaramu, manusia dan jin, mereka berada di bumi yang satu kemudian mereka minta kepada-Ku, maka Aku memenuhi permintaannya, hal yang demikian itu , tidaklah mengurangi sesuatu yang ada pada-Ku, sebagaimana sebatang jarum apabila dimasukkan ke dalam laut. Wahai hamba-Ku, sesungguhnya itu semua adalah amal perbuatanmu. Aku mencatat semuanya, kemudian Kami membalasnya. Maka siapa saja yang mendapat kebaikan, hendaklah bersyukur kepada Allah, dan siapa saja yang mendapatkan selain dari pada itu, maka janganlah ia menyalahkan kecuali dirinya sendiri.” (HR Muslim).

Wallahu a’lam.
Semoga bermanfaat.

^^Bersihkan hati menuju ridha Ilahi^^

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.



Sumber: Kumpulan Hadits dari Riyadhus Shalihin, Imam An-Nawawi

Kamis, 04 Maret 2010

Hadapilah Hidup Ini Apa Adanya!

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Apa kabar sahabat, semoga kita semua selalu dalam kebaikan, dijauhkan dari segala macam keburukan serta selalu dalam selimut rahmat-Nya.
Salam serta shalawat semoga tetap tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam beserta keluarga dan sahabatnya dan merambah kepada kita semua selaku umat yang istiqomah mengikuti sunnahnya, insya Allah.

Hadapilah Hidup Ini Apa Adanya!

Kondisi dunia ini penuh kenikmatan, banyak pilihan, penuh rupa, dan banyak warna. Semua itu bercampur baur dengan kecemasan dan kesulitan hidup. Dan, Anda adalah bagian dari dunia yang berada dalam kesukaran.

Anda tidak akan pernah menjumpai seorang ayah, istri, kawan, sahabat, tempat tinggal, atau pekerjaan yang padanya tidak terdapat sesuatu yang menyulitkan. Bahkan, kadang kala justru pada setiap hal itu terdapat sesuatu yang buruk dan tidak Anda sukai. Maka dari itu, padamkanlah panasnya keburukan pada setiap hal itu dengan dinginnya kebaikan yang ada padanya. Itu kalau Anda mau selamat dengan adil dan bijaksana. Pasalnya, betapapun setiap luka ada harganya.

Allah menghendaki dunia ini sebagai tempat bertemunya dua hal yang saling berlawanan, dua jenis yang saling bertolak belakang, dua kubu yang saling berseberangan, dan dua pendapat yang saling berseberangan. Yakni, yang baik dengan yang buruk, kebaikan dengan kerusakan, kebahagiaan dengan kesedihan. Dan setelah itu, Allah akan mengumpulkan semua yang baik, kebagusan dan kebahagiaan itu di surga. Adapun yang buruk, kerusakan dan kesedihan akan dikumpulkan di neraka. “Dunia ini terlaknat, dan terlaknat semua yang ada di dalamnya, kecuali dzikir kepada Allah dan semua yang berkaitan dengannya, seorang yang ‘alim dan seorang yang belajar,” begitu hadits berkata.

Maka, jalanilah hidup ini sesuai dengan kenyataan yang ada. Jangan larut dalam khayalan. Dan, jangan pernah menerawang ke alam imajinasi. Hadapi kehidupan ini apa adanya; kendalikan jiwa Anda untuk dapat menerima dan menikmatinya! Bagaimanapun tidak mungkin semua teman tulus kepada Anda dan semua perkara sempurna di mata Anda.

Bahkan, istri Anda pun tak akan pernah sempurna di mata Anda. Maka kata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, “Janganlah seorang mukmin mencela seorang mukminah (istrinya), sebab jika dia tidak suka pada satu kebiasaannya maka dia bisa menerima kebiasaannya yang lain.”

Adalah seyogyanya bila kita merapatkan barisan, menyatukan langkah, saling memaafkan dan berdamai kembali, mengambil hal-hal yang mudah kita lakukan, meninggalkan hal-hal yang menyulitkan, menutup mata dari beberapa hal untuk saat-saat tertentu, meluruskan langkah, dan mengesampingkan berbagai hal yang mengganggu.

Wallahu a’lam bish-shawab.
Semoga bermanfaat.

^^Bersihkan hati menuju ridha Ilahi^^

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Diposting juga ke :



Sumber: La Tahzan, Dr. ‘Aidh al-Qarni

Sabtu, 27 Februari 2010

Shalat dan Sorban Penggoda

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Apa kabar sahabat, semoga Allah Subhanahu wata’ala senantiasa menjaga hatimu dan hatiku agar selalu bersih dari segala macam penyakit yang bisa membahayakannya, dan mudah-mudahan kita kembali kepada-Nya dengan membawa hati yang tenang, hati yang damai, nafsul muthmainnah, amin ya Rabbal ‘alamiin.

Salam serta shalawat semoga tetap atas junjungan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarga beserta sahabat beliau.

Sahabat yang dirahmati Allah, untuk kali ini kami akan mengisahkan tentang;

Shalat dan Sorban Penggoda

Sayyidina Ali Karromahullahu Wajhahu dikenal sangat khusyu’ imannya, sangat santun pekertinya, dan sangat luas hikmahnya. Dia adalah satu dari sedikit orang yang mampu mengalami trans ketika menjalani prosesi ibadah. Setiap kali shalat, bukan hanya ucapan dan tindakan yang dapat merefleksikan hubungan dirinya dengan sang Khaliq. Hati dan pikirannya, indra dan perasaannya, semua terfokus kepada Dzat Pencipta alam semesta. Dalam kondisi seperti ini, tidak ada sesuatu pun yang mampu mengalihkannya dari semangat ilahiah kepada semangat keduniawian.

Suatu hari, pernah dalam suatu peperangan misalnya, pantat Ali sempat tertembus anak panah. Ketika hendak dicabut, Ali r.a. berkata, “Biarkanlah aku shalat dahulu. Dalam kondisi shalat, cabutlah anak panah ini dari pantatku.” Subhanallah. Dalam kondisi shalat itulah, ketika anak panah dicabut, seolah sayyidina Ali tak merasakan sesuatu apapun, apa lagi rasa sakit. Itulah kekhusyu’an Sayyidina Ali yang tiada bandingnya. Tak berlebihan jika Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam sampai menyatakan, “Saya dengan Ali ibarat Musa dengan Harun. Hanya sayangnya, setelah saya tidak ada lagi nabi.”

Suatu hari, ketika Nabi bersama beberapa sahabatnya (termasuk Ali) sedang berkhalaqah (duduk melingkar mendengarkan wejangan Nabi), ada seseorang mengajukan pertanyaan, “Wahai Rasulullah, ketika aku shalat, sering kali muncul dalam benakku, pikiran-pikiran lain, bersifat keduniawian di luar shalat. Apakah shalatku bisa diterima?”

Kala itu Ali langsung menukas, mendahului jawaban Nabi, “Shalatmu tidak sah.” Mendengar jawaban Ali, Nabi langsung menimpali, “Ali, sekarang kamu shalatlah. Bila sampai akhir shalat kamu dapat melupakan segala persoalan dunia dengan segala isinya, maka aku akan memberimu hadiah sorban termahal di tanah hijaz ini.”

Mendapat “tantangan” dari Nabi, Ali langsung menyanggupi, lantas ia melakukan shalat sunnah mutlak dua rakaat. Pada rakaat pertama, Ali berhasil lolos, tak mengingat suatu apapun kecuali hanya ingat Allah. Namun, ketika duduk tahiyat akhir rakaat kedua, tiba-tiba muncul di benaknya, gumaman batin rasa bangga: “Wah, aku berhasil lolos, dan aku akan mendapat hadiah dari Nabi.”

Selasai shalat, Ali mesam-mesem (tersenyum-senyum), lantas bercerita apa adanya kepada Nabi tentang: gumaman keduniawian yang tiba-tiba muncul tak terkendali.

Hikmah;

Malalui peristiwa tadi, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam secara tak langsung memberi sabda dan fatwa bahwa sesuatu yang kadang terlintas dalam pikiran ketika shalat tidak menyebabkan batalnya ibadah, kendati hal ter-afdhal adalah persis seperti shalatnya Sayyidina Ali. Terlintas hal-hal yang duniawi ketika menghadap Ilahi masih tergolong sesuatu yang manusiawi, meskipun harus tetap terkendali.

Wallahu a’lam bis-shawab.
Semoga bermanfaat.

^^Bersihkan hati menuju ridha Ilahi^^

Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.



Sumber: Kisah dan Hikmah, Dhurorudin Mashad

Jumat, 26 Februari 2010

# Keutamaan Wirid.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Apa kabar sahabat, semoga rahmat Allah selalu terlimpah atas kita semua yang gemar mengkaji ilmu-Nya, amin.

Salam serta shalawat semoga tetap atas nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam beserta keluarga dan sahabatnya.

Alhamdulillah kami bisa menyapa antum wa antunna sekalian setelah beberapa hari ini fakum tanpa ada pesan yang terkirim, semoga Allah senantiasa memberikan keistiqomahan kepada kita dalam upaya saling nasehat-menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.

Untuk kesempatan kali ini kami akan membahas mengenai;

WIRID
Allah Subhanahu wata’ala telah menciptakan bumi yang penuh dengan hal-hal yang mudah bagi hamba-hamba-Nya. Hal itu dimaksudkan agar hamba menjadikan bumi Sebagai tempat tinggal. Selanjutnya, semua makhluk harus menyadari bahwa umur yang mereka miliki laksana kapal yang berjalan bersama penumpangnya.

Orang-orang yang tinggal di dunia ini bagaikan pelancong. Tempat tinggal mereka yang pertama adalah buaian dan tempat tinggal mereka yang terakhir adalah liang lahat. Negeri tujuan mereka adalah surga atau neraka. Umur bagaikan jarak perjalanan. Tahun-tahun adalah periode-periode perjalanan. Bulan-bulan yang dilaluinya adalah panjang perjalanan (farsakh). Hari-harinya laksana setiap mil yang ditempuh, dan nafasnya adalah langkah-langkahnya.

Ketaatan-ketaatan yang dijalaninya kepada Allah Subhanahu wata’ala merupakan barang dagangannya dan waktu yang dimiliki adalah modalnya. Syahwat dan hartanya adalah pencuri. Keuntungannya adalah ketika berjumpa dengan Allah Subhanahu wata’ala, yaitu di negeri yang sejahtera (daarus-salaam) bersama Raja Yang Maha Agung dan dipenuhi dengan kenikmatan yang abadi. Adapun kerugiannya adalah jauh dari Allah Subhanahu wata’ala. Semoga Allah melindungi kita semua dari belenggu dan siksaan yang pedih dari neraka Jahim. Karena itulah, orang yang lalai – meski hanya satu nafas – niscaya akan mengalami penyesalan dan merasa merugi tiada akhir dan tanpa batas.

# Keutamaan Wirid.

Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
“Sesungguhnya pada siang hari engkau sangat sibuk dengan urusan-urusan yang panjang. Dan sebutlah nama Rabb-mu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan sepenuh hati.” (al-Muzammil: 7-8)

Di dalam ayat lain, Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
“Dan sebutlah nama Rabb-mu pada (waktu) pagi dan petang. Dan pada sebagian dari malam, maka bersujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang di malam hari. (al-Insan: 25-26).

Jika kita ingin meraih kebahagiaan dan tidak mengalami kesengsaraan, maka pergunakanlah waktu siang dan malam dengan ketaatan kepada-Nya, sebagaimana yang telah diperlihatkan oleh pemimpin para rasul, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, meskipun Allah Subhanahu wata’ala telah mengampuni dosa-dosa beliau yang terdahulu dan yang akan datang, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tetap di perintahkan untuk taat kepada-Nya.

Dengan begitu, kita lebih patut untuk istiqomah dengan ketaatan walaupun dalam keadaan bahaya. Karena itu, janganlah kita terlalu menyibukkan diri mencari nafkah dan urusan-urusan duniawi, kecuali sekedar untuk mencukupi kebutuhan. Selain itu, pergunakanlah waktu kita untuk urusan akhirat dan jangan meninggalkan shalat malam (tahajud).

Berkenaan dengan hal ini, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Hendaklah seorang hamba melaksanakan qiyamulail, walaupun durasi waktunya sama dengan ketika memerah susu kambing.” (HR Thabrani).

Berdasarkan penjelasan di atas, seyogianya kita tidak bernafsu untuk tidur dengan mempersiapkan alas tidur yang empuk. Sebaliknya, sibukkanlah diri kita dengan shalat dan dzikir hingga mengantuk.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Setan mengikat tengkuk seseorang dari kalian dengan tiga ikatan ketika tidur. Pada setiap ikatan, setan akan memukul seraya berkata, ‘Tidurlah karena malam masih panjang.’ Jika ia bangun dan menyebut (mengingat) Allah Subhanahu wata’ala, lepaslah satu ikatan. Jika kemudian berwudhu, lepaslah satu ikatan lagi, dan apabila melaksanakan shalat, lepaslah ikatan yang terakhir. Setelah itu, ia pun menjadi rajin beribadah dan jiwanya menjadi baik. Jika tidak begitu, maka ia akan berjiwa buruk dan pemalas.” (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad dan Nasa’i).

Di dalam suatu riwayat diceritakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam diberitahu tentang seorang laki-laki yang selalu tidur sepanjang malam hingga menjelang pagi. Tentang orang itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Telinga orang itu telah dikencingi setan” (HR Bukhari, Muslim, Ahmad, Nasa’I dan Baihaqi).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,

“Dua rakaat yang dilakukan oleh seorang hamba pada tengah malam, lebih baik baginya dari pada dunia beserta isinya. Kalau saja aku tidak ingin memberatkan umatku, niscaya akan aku wajibkan shalat malam (tahajud) kepada mereka.”

Wallahu a’lam.

Semoga bermanfaat.

^^Bersihkan hati menuju ridha Ilahi^^

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.




Sumber: Mukhtashar Ihya Ulumuddin, Imam Ghazali

Sabtu, 20 Februari 2010

“Ataukah mereka dengki pada manusia atas apa yang Allah karuniakan kepadanya?”

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Apa kabar temen-temen? Semoga kebaikan selalu menyertai langkah kita. Salam serta shalawat semoga tetap atas junjungan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam beserta keluarga dan sahabatnya.

“Ataukah mereka dengki pada manusia atas apa yang Allah karuniakan kepadanya?”

Kedengkian (hasad) itu seperti makanan asin yang senantiasa merapuhkan tulang. Hasad itu juga seperti penyakit kronis yang selalu menggerogoti tubuh pelan-pelan hingga rusak dan membusuk. Ada ungkapan: “Tak ada yang menyenangkan dari seorang pendengki, karena ia akan selalu menjadi musuh dalam selimut.” Ada pula orang-orang yang berkata seperti ini: “Celaka benar seorang pendengki; memulai dengan persahabatan dan mengakhiri dengan pembunuhan.”

Saya berusaha mencegah diri pribadi saya dan juga Anda agar tidak mengidap penyakit dengki. Ini merupakan wujud kasih sayang saya terhadap diri saya sendiri dan terhadap Anda sebelum dapat mencurahkan kasih sayang kepada orang lain. Bagaimanapun, dengan dengki terhadap orang lain, kita sama halnya dengan memberi makan kegalauan kepada daging-daging kita, memberi minum kegelisahan kepada darah kita, dan menebarkan rasa kantuk pelupuk mata kita kepada orang lain.

Seorang pendengki, ibarat orang yang menyalakan pemanggang roti, lalu setelah panas ia menceburkan dirinya sendiri ke dalam pemanggang itu. Keresahan, kecemasan dan kegelisahan hidup merupakan penyakit-penyakit yang dilahirkan oleh sifat dengki untuk mengakhiri ketentraman, kesejahteraan dan kebahagiaan hidup. Bencana besar yang menimpa seorang pendengki adalah dikarenakan ia selalu melawan qadha’ (ketentuan Allah), menuduh Allah tidak adil dalam kebijakan-Nya, melecehkan syariat, dan selalu menyeleweng dari ajaran-ajaran yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Sungguh kedengkian itu merupakan penyakit yang tidak bakal mendatangkan pahala, dan bukan cobaan yang akan mendatangkan balasan baik dari Allah bagi para pelakunya. Seorang pendengki akan selalu panas ketika melihat orang lain mendapatkan kenikmatan dan kelebihan. Dan itu akan berlanjut sampai ia mati, atau kadang sampai kenikmatan orang lain tadi sudah tidak ada lagi.

Semua orang boleh diajak bersahabat, kecuali seorang pendengki. Sebab seorang pendengki akan selalu membawa kita agar menyepelekan nikmat-nikmat Allah, menanggalkan semua kepribadian baik kita, melepaskan ciri kehormatan kita, dan meninggalkan semua sejarah baik kita. Itulah hal-hal yang akan membuat seorang pendengki menerima – meski mungkin dengan berat hati – Anda sebagai sahabatnya. Akan tetapi, bukankah kita harus berlindung kepada Allah dari kejahatan seorang pendengki ketika mendengki? Betapapun, seorang pendengki itu tetap seperti ular hitam berbisa yang tidak akan pernah diam sebelum menyemburkan bisanya pada tubuh yang tak berdosa.

Sungguh, saya peringatkan diri saya dan Anda agar jangan sekali-kali mencoba untuk memiliki rasa dengki. Berlindunglah kepada Allah agar tidak bergaul dengan seorang pendengki, karena Dia-lah yang selalu mengawasi Anda!

Wallahu a’lam.
Semoga bermanfaat.


^^Bersihkan hati menuju ridha Ilahi^^

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Minggu, 14 Februari 2010

# Etika Berdoa

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Apa kabar sahabat? Semoga tetap khusyu’ dalam doa memohon kebaikan kepada-Nya, karena itu bersyukurlah kita memiliki Rabb Yang Maha Memperkenankan doa. Dalam berdoa tentunya harus dengan menggunakan etika. Untuk kali ini kita akan membahas mengenai;

# Etika Berdoa

Hendaknya orang yang akan berdoa memerhatikan waktu-waktu yang utama untuk berdoa dan dalam keadaan berwudhu, menghadap kiblat, melirihkan suara serta merendahkan diri, meyakini bahwa doanya akan dikabulkan, serta selalu mengulangi doanya.

Pada saat kita akan berdoa, hendaknya kita memulainya dengan menyebut nama Allah Subhanahu wata’ala, bershalawat kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, dan menyelesaikan permasalahan dengan orang-orang yang ia zalimi sebelum ia berdoa.

@ Keutamaan Bershalawat Kepada Nabi.

Diriwayatkan bahwa suatu ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam datang membawa kabar gembira. Wajah beliau terlihat sumringah, lalu berkata,
“Sungguh Jibril Alaihissalam telah datang kepadaku dan berkata, ‘Wahai Muhammad, apakah engkau tidak senang jika seseorang dari umatmu bershalawat kepadmu sekali dan akan kubalas dengan shalawat sepuluh kali untuknya.’” (HR Ahmad, Nasa’I, dan Hakim)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Siapa saja yang bershalawat kepadaku melalui tulisan, maka para malaikat akan terus berdoa dan memohonkan ampun untuknya selama namaku masih ada dalam tulisan itu.”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian bersabda,
“Siapa saja yang bershalawat kepadaku, maka para malaikat akan mendoakannya selama ia selalu bershalawat kepadaku. Karenanya, terserah seorang hamba, apakah ia akan bershalawat dengan jumlah sedikit atau banyak.” (HR Ahmad dan Ibnu Majah).

@ Keutamaan Istighfar.

Allah subhanahu wata’ala berfirman,
“Dan (juga) orang-orang yang apabila melakukan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya…” (Ali Imran : 135)

Allah subhanahu wata’ala berfirman,
“….dan orang yang memmohon ampun pada waktu sebelum fajar.” (Ali Imran : 17)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Sungguh aku beristighfar dan bertobat kepada Allah Subhanahu wata’ala dalam sehari semalam sebanyak 70 kali.” (HR Ahmad, Ibnu Majah, dan Tirmidzi)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Tidaklah berdosa orang yang memohon ampun, walaupun ia kembali berbuat dosa 70 kali dalam sehari.” (HR Abu Dawud, Baihaqi, dan Tirmidzi)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Siapa saja yang berbuat dosa, sedangkan ia mengetahui bahwa Allah Subhanahu wata’ala melihatnya, maka dosanya diampuni, meskipun ia tidak minta ampun.” (HR Thabrani)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,
“Allah Subhanahu wata’ala berfirman, ‘Wahai hamba-hamba-Ku, setiap diri kalian memiliki dosa kecuali yang Aku selamatkan. Maka, mintalah ampun kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampuni dosa kalian. Dan siapa yang menyakini bahwa Aku berhak mengampuni dosanya, niscaya Aku mengampuninya tanpa memedulikan dosanya.’” (HR Ahmad)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Siapa saja yang mengucapkan, ‘Subhaanaka zhalamtu nafsii wa ‘amiltu suu’an, faghfir lii innahu laa yaghfirudz- dzunuuba illaa anta (Maha Suci Engkau, wahai Rabb-ku, hamba telah menganiaya diri hamba dan berbuat dosa, maka ampunilah dosa-dosa hamba. Sungguh, tiada yang berhak mengampuni dosa-dosa hamba kecuali Engkau,’ maka Aku ampuni dosa-dosanya, walaupun seperti jalannya semut.”

Fudhail berkata, “Bertobat tetapi tidak berhenti berbuat dosa adalah tobat para pendusta.”

Wallahu a’alam.
Semoga bermanfaat.

^^Bersihkan Hati Menuju Ridha Ilahi^^

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.




Sumber : Mukhtashar Ihya Ulumuddin

Rabu, 10 Februari 2010

ZIKIR DAN DOA

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Apa kabar temen-temen? Alhamdulillah kami diberi kesempatan lagi menyapa Antum sekalian. Semoga apa yang kami bagikan bermanfaat bagi kami pribadi khususnya dan mudah-mudahan juga buat antum sekalian.

Salam serta shalawat semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam beserta keluarga berikut sahabat-sahabatnya.

Untuk kali ini kami akan membahas tentang;

ZIKIR DAN DOA

# Keutamaan Zikir dan Doa.

Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
“….Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu…” (al-Mu’min: 60).

Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
“Selanjutnya, apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah ketika kamu berdiri, pada waktu duduk, dan ketika berbaring….” (an-Nisaa: 103).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Orang yang mengingat Allah diantara orang-orang yang lalai adalah seperti pohon yang hijau diantara rumput-rumput yang kering.” (HR Thabrani)

Beliau juga bersabda,
“Orang yang mengingat Allah diantara orang-orang yang lalai adalah seperti orang yang hidup diantara orang-orang yang telah mati.” (HR Ahmad).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Suatu kaum yang duduk di dalam sebuah majlis sambil mengingat Allah Subhanahu wata’ala (berzikir) pasti dikelilingi oleh para malaikat, dilimpahi rahmat Allah, dan Allah akan menyebut (mengingat) mereka diantara para malaikat yang berada di sisi-Nya.” (HR Ahmad, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban).

Di dalam hadits yang lain, beliau bersabda,
“Tidaklah duduk suatu kaum berada di suatu tempat tanpa menyebut (mengingat) Allah Subhanahu wata’ala serta tidak bershalawat atas Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, kecuali mereka akan diliputi rasa penyesalan dan kesedihan pada hari kiamat nanti.” (HR Ahmad, Tirmidzi, dan Hakim).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Perkataan paling baik yang diucapkan olehku dan oleh para nabi sebelumku adalah kalimat, ‘Laa ilaaha illallaah wahdahuu laa syariikalah (tiada rabb selain Allah semata dan tiada sekutu bagi-Nya).’’’

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Barang siapa yang setiap setelah shalat bertasbih, bertahmid, dan bertakbir, (masing-masing) sebanyak 33 kali, serta mengakhiri dengan seratus bacaan, ‘Laa ilaaha illallaah wahdahuu laa syariikalahu, lahul mulku wa lahul hamdu yuhyii wa yumiitu wa huwa ‘alaa kullii syai-in qadiir (tiada rabb selain Allah semata dan tiada sekutu bagi-Nya. Hanya milik-Nya segala kekuasaan dan segala pujian. Dia-lah Yang Maha Menghidupkan dan Mematikan dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu),’ niscaya dosa-dosanya diampuni meskipun sebanyak buih di lautan.” (HR Muslim, Ahmad, dan Baihaqi).

Diriwayatkan bahwa ada seorang laki-laki yang datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam lalu berkata, “Rasulullah, dunia telah berpaling dariku dan hartaku juga berkurang menjadi sedikit.”

Beliau menjawab,”Di manakah kamu ketika malaikat bertasbih dan semua makhluk bertasbih, padahal dengan itu semua mereka diberi rezeki?”

Orang itu bertanya kembali, “Rasulullah, apakah itu?”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab,
“Katakanlah, ‘Subhanallaahi wa bihamdihi, subhanallaahil ‘adziimi wa bihamdih (Maha suci Allah dengan memuji-Nya [hamba memulai], Mahasuci Allah dengan segala keagungan-Nya).’ Dan beristighfarlah seratus kali diantara terbitnya fajar hingga kamu melaksanakan shalat subuh, niscaya dunia akan datang kepadamu dengan tunduk dan kerendahan. Allah juga menciptakan, dari setiap kata yang engkau ucapkan, seorang malaikat yang bertasbih kepada Allah Subhanahu wata’ala hingga hari kiamat, dan kamu akan mendapat pahala bacaan tasbih itu.”

Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Apabila seorang hamba mengucapkan kalimat, ‘ Al-Hamdulillaah,’ maka (seakan-akan) pahalanya telah mengisi ruang antara langit dan bumi. Dan apabila ia mengucapkan kalimat itu untuk kedua kali, maka Allah Subhanahu wata’ala akan berfirman kepadanya, ‘Mintalah kepada-Ku, niscaya kamu pasti diberi.”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“amalan-amalan baik yang kekal adalah ucapan, ‘Laa ilaaha illallaahu, subhaanallaahi, Allaahu akbar, Al-Hamdulillaah, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘adzhiim.’ Lalu beliau bersabda, ‘Seseorang yang mengucapkan (ucapan di atas), dosa-dosanya pasti diampuni, meskipun dosa-dosanya seperti buih di laut.”

Dalam hal ini perlu kita pahami bahwa zikir-zikir yang bermanfaat adalah zikir yang diresapi di dalam hati. Adapun zikir yang tidak diresapi tidak akan mendatangkan banyak manfaat karena tujuan zikir adalah Allah Subhanahu wata’ala dan hal itu akan terwujud dengan zikir yang istiqamah dan dirasakan oleh hati.

Wallahu a’lam.
Semoga bermanfaat.

^^BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI^^

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Diposting juga ke:
http://debyanhajiprastyo.blogspot.com/


Sumber: Mukhtashar Ihya Ulumuddin

Minggu, 07 Februari 2010

TIDAK TAKUT DI CELA

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Apa kabar temen-temen? Semoga Allah selalu memberikan kekuatan kepada kita semua untuk menghadapi berbagai cobaan, berbagai cela yang menghampiri hidup kita.
Salam serta shalawat semoga tetap kepada junjungan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam beserta keluarga dan sahabatnya.

TIDAK TAKUT DI CELA

“KATAKANLAH: WAHAI RABB, YANG MAHA KUASA, ENGKAU BERIKAN KEKUASAAN KEPADA ORANG YANG ENGKAU KEHENDAKI, DAN ENGKAU AMBIL KEKUASAAN DARI ORANG YANG ENGKAU KEHENDAKI. ENGKAU BERIKAN KEMULIAAN KEPADA ORANG YANG ENGKAU KEHENDAKI, DAN ENGKAU TIMPAKAN KEHINAAN KEPADA ORANG YANG ENGKAU KEHENDAKI. DI TANGAN-MU-LAH SEMUA KEBAIKAN. DAN SESUNGGUHNYA ENGKAU MAHA KUASA ATAS SEGALA SESUATU.” (ALI IMRAN: 26)

Open Up Your Mind
Ayat di atas menjelaskan bahwa kalau kita benar-benar meyakini Allah Subhanahu wata’ala maka kita tidak akan pernah takut kepada siapa pun; kita tidak akan takut dengan segala tipu daya muslihat dan segala bentuk rekayasa orang-orang yang membenci kita. Kenapa begitu?

Karena kita yakin benar bila kita pada posisi yang benar maka Allah Subhanahu wata’ala akan menolong kita. Kita yakin tidak ada kekuatan besar apapun yang dapat menghentikan atau menggagalkan keinginan Allah Subhanahu wata’ala bila Dia menghendaki hamba-Nya menjadi mulia atau sebaliknya, hina.

Dengan berkembangnya budaya media massa, untuk menjatuhkan nama baik seseorang, sering kali orang menggunakan kekuatan media massa sebagai alat untuk melakukan pengrusakan nama baik. Namun tak jarang masih ada juga yang mempercayai kekuatan-kekuatan paranormal atau dukun untuk mencelakai orang yang tidak disukainya.

Tapi, masalahnya bila seseorang itu benar-benar hatinya bersih, menjauhkan diri dari makanan yang tidak halal, mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wata’ala, dan benar-benar menyerahkan seluruh kehidupannya kepada Allah Subhanahu wata’ala, maka segala bentuk muslihat, tipu daya dan rekayasa tidak akan berdampak apa-apa.

Cahaya dan keyakinan kepada Allah Subhanahu wata’ala dengan setulus-tulusnya akan menjadi sebuah perisai dan perlindungan bagi segala macam rekayasa jahat. Allah Subhanahu wata’ala sangat mencintai hamba-hamba-Nya yang terus berserah diri dan bersabar atas segala masalah yang dihadapi. Di kehidupan dimana kebersihan dan kejujuran moral sudah semakin langka, orang-orang yang terus berjuang, bermujahadah untuk selalu hidup bersih memang mengalami tantangan yang hebat. Tapi, Allah Subhanahu wata’ala secara pribadi menyatakan bahwa itu menjadi bagian dari ujian kecintaan hamba kepada Allah Subhanahu wata’ala.

Artinya, dengan segala resiko apapun demi cintanya kepada Allah Subhanahu wata’ala, seorang hamba akan rela menerima segala bentuk ujian dari; hinaan, celaan, ejekan dan lain-lain. Tapi, itu semua untuk menguatkan rasa cinta kepada yang dicintai, yakni Allah Subhanahu wata’ala semata.

Jadi, masalahnya sekarang adalah, sudahkah kita benar-benar menyerahkan segala urusan dan kehidupan kita kepada Allah Subhanahu wata’ala; sehingga tidak takut menghadapi resiko celaan? Kalau belum, kita mesti memulainya.

“JADILAH SEPERTI MENARA YANG KUKUH, GEMPA TAK MAMPU MENGGOYANG UJUNGNYA.” (DANTE)


http://debyanhajiprastyo.blogspot.com/



Sumber: Motivasi Qurani Harian, Tasirun Sulaiman

Senin, 01 Februari 2010

# Amalan Hati Ketika Membaca Al-Qur’an.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Apa kabar temen-temen? Semoga selalu dalam selimut Rahmat cinta-Nya.

Salam serta shalawat semoga tetap kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam beserta keluarga dan sahabatnya.

Kali ini kita akan melanjutkan bahasan tentang;

# Amalan Hati Ketika Membaca Al-Qur’an.


Hendaknya Al-Qur’an di baca dengan penuh pengagungan dan renungan karena sesungguhnya Allah Subhanahu wata’ala telah memberikan pemahaman kepada makhluk-makhluk-Nya melalui huruf-huruf dan suara-suara yang terkandung di dalam Al-Qur’an yang merupakan gambaran dari sifat-sifat-Nya.

Bagaimanakah sifat-sifat-Nya dapat diketahui dari itu semua? Kalau saja kesempurnaan kalam-Nya tidak terbungkus dalam huruf-huruf tersebut, maka kalam dari singgasana Allah tidak akan terdengar. Tetapi, walaupun kalam dari singgasana Allah itu tidak terdengar, hal itu tidak akan menghilangkan kebesaran kekuasaan-Nya dan kesucian cahaya-Nya.

Kalau saja Allah tidak memberi kekuatan kepada Nabi Musa Alaihissalam, niscaya Nabi Musa tidak akan mampu mendengar kalam Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana gunung yang tidak kuat memikul beban cahaya Allah sehingga gunung itu hancur.

Di samping itu, seorang pembaca Al-Qur’an hendaknya mengagungkan Allah Subhanahu wata’ala di dalam hatinya, seakan-akan Allah sedang berbicara langsung kepadanya dengan kalam-Nya tersebut. Hati pun selayaknya seakan hadir untuk Al-Qur’an dengan meninggalkan pembicaraan akan diri sendiri, lalu merenungi dan memahami apa yang dibacanya. Sungguh, banyak orang yang tidak memahaminya karena sebab-sebab tertentu yang tidak masuk akal, serta tergoda oleh godaan-godaan setan yang merasuki hati mereka. Dengan begitu, hati mereka menjadi buta akan cahaya keagungan Al-Qur’an.

Hendaknya seorang pembaca Al-Qur’an itu mampu menangkap tujuan utama yang termaktub di dalam Al-Qur’an. Jika ia mendengar perintah atau larangan, maka ia harus menyadari bahwa dirinya sebagai objek yang diperintah atau dilarang. Dengan begitu, terbekas di dalam hatinya beragam pemahaman sesuai keragaman ayat.


# Memahami dan Menafsirkan Al-Qur’an Dengan Akal.


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Sungguh Al-Qur’an itu memiliki sisi yang jelas dan yang tersembunyi, serta ada sisi yang terbatas dan sisi yang tersingkap.”

Dalam hal ini, Ali radhiyallahu ‘anh berkata, “Andai saja aku menginginkan, niscaya akan aku bebankan 70 ekor unta dengan (kitab-kitab) tafsir al-Fatihah.”

Jelas bahwa rahasia-rahasia Al-Qur’an tidak terbatas. Keajaiban-keajaiban yang terkandung di dalamnya pun tidak terhitung. Semua itu tergantung pada kesucian hati.

Dengan demikian, penafsiran bukanlah dengan cara di dengar atau dipindahkan begitu saja seperti halnya turunnya wahyu. Rasulullah berdoa untuk Ibnu Abbas radhiyllahu ‘anh,

“Ya Allah, anugerahilah ia pemahaman yang mendalam tentang agama dan anugerahilah ia pengetahuan tentang takwil.” (HR Bukhari, Muslim dan Ahmad).

Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

“….Tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya (secara resmi) dari mereka (Rasul dan Ulil Amri)….” (An-Nisaa’: 83).

Allah subhanahu wata’ala telah memberikan landasan kebenaran bagi orang-orang yang berilmu. Hal itu menunjukkan bahwa mereka tidak hanya sebatas mendengar.


Wallahu a’lam.
Semoga bermanfaat.


^^BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI^^


Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

http://debyanhajiprastyo.blogspot.com/


Sumber: Mukhtashar Ihya Ulumuddin, Imam Ghazali.

Jumat, 29 Januari 2010

# Celaan Bagi Orang yang Lalai Membaca Al-Qur’an.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Apa kabar temen-temen? Semoga masih tetap dalam keimanan dan semangat dalam membaca dan mempelajari Al-Qur’an. Tiada hari tanpa membaca kitab suci-Nya.

Temen-temen yang kami cintai karena Allah, untuk kali ini kita akan membahas yang selanjutnya yakni;

# Celaan Bagi Orang yang Lalai Membaca Al-Qur’an.

Anas bin Malik meriwayatkan bahwa banyak sekali orang yang membaca Al-Qur’an, namun Al-Qur’an melaknatinya. (Riwayat Tirmidzi dan Ahmad).

Abu Sulaiman ad-Darini juga berkata, “Malaikat Zabaniyah lebih cepat menghukum penghafal Al-Qur’an yang bermaksiat kepada Allah Subhanahu wata’ala dari pada penyembah berhala, yaitu ketika mereka mendurhakai Allah Subhanahu wata’ala setelah membaca Al-Qur’an.”

Di dalam kitab taurat di sebutkan kalimat berikut ini,

“Wahai hambaku, tidakkah engkau merasa malu kepada-Ku saat kamu menerima kitab dari sebagian saudaramu, sementara engkau berjalan di jalan, lalu berpaling dari jalanmu. Kamu kemudian duduk sambil membaca dan merenungkannya huruf demi huruf hingga tidak ada yang tertinggal satu huruf pun. Ini adalah kitab yang Aku turunkan kepadamu agar kamu menelaahnya, bahwa betapa banyak perkataan yang aku jelaskan dan betapa banyak kalimat yang Aku ulangi agar kamu merenungkan semua itu, namun engkau malah berpaling darinya. Hamba-Ku, apakah Aku lebih hina dari saudara-saudaramu. Tatkala saudaramu hendak menyampaikan keperluannya kepadamu, lalu kamu memerhatikannya sepenuh hatimu. Apabila seseorang berbicara denganmu atau terganggu oleh hal lainnya maka kamu memperingatinya agar berhenti. Inilah Aku yang datang bercerita kepadamu, tetapi kamu malah berpaling dengan sepenuh hatimu dari-Ku. Apakah di sisimu Aku lebih hina daripada saudara-saudaramu? Sungguh Allah Mahatinggi dan Mahaagung daripada itu semua.”


# Etika Membaca Al-Qur’an.

Orang yang hendak membaca Al-Qur’an sebaiknya dalam keadaan berwudhu dan bersikap sopan, baik dalam posisi berdiri maupun duduk. Namun waktu yang paling utama adalah pada saat shalat sambil berdiri.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Siapa saja yang membaca Al-Qur’an kurang dari tiga hari, maka ia tidak akan memahaminya.” (HR Haitsami).

Oleh karenanya, mayoritas ulama tidak suka mengkhatamkan Al-Qur’an dalam satu hari. Mereka lebih suka mengkhatamkannya selama seminggu. Selain itu, membaca Al-Qur’an juga dianjurkan dengan tartil.

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

Sungguh Al-Qur’an ini turun dengan kesedihan, maka apabila kalian mebacanya, resapilah dengan sepenuh hati.” (HR Ibnu Majah dan Baihaqi).

Hendaknya para pembaca Al-Qur’an memperhatikan hak ayat-ayat sajdah, yaitu anjuran untuk bersujud (sambil membaca bacaan yang telah ditetapkan) apabila mendengar bacaan ayat sajdah dari orang lain atau apabila membacanya sendiri ketika dalam keadaan berwudhu. Di dalam Al-Qur’an terdapat 14 ayat sajdah (menurut Imam Syafi’i).


Wallahu a’lam.
Semoga bermanfaat.


^^BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI^^


Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.




Sumber: Mukhtashar Ihya Ulumuddin, Imam Ghazali.

Kamis, 28 Januari 2010

# Keutamaan Membaca Al-Qur’an.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Apa kabar temen-temen? Semoga tetap semangat dalam beramal sesuai kemampuan kita masing-masing. Semoga Rahmat Allah selalu menyelimuti kita semua.

Salam serta shalawat semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarga beserta sahabatnya.

Ikhwah fillah yang kami cintai karena Allah, untuk hari ini dan beberapa hari kedepan kita akan membahas mengenai “Keutamaan membaca Al-Qur’an, Etika, juga amalan hati ketika membacanya”.

# Keutamaan Membaca Al-Qur’an.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Barang siapa yang membaca Al-Qur’an, kemudian ia menganggap bahwa ada orang lain yang diberi keutamaan lebih dari padanya, maka sungguh ia telah meremehkan apa yang dianugerahkan kepada Allah Subhanahu wata’ala kepadanya.” (HR Thabrani).

Beliau juga bersabda:
“Tidak ada pemberi syafaat yang lebih utama kedudukannya di sisi Allah Subhanahu wata’ala pada hari kiamat nanti dari pada Al-Qur’an; bukan seorang nabi, malaikat, ataupun yang lainnya.” (HR Muslim dan Darimi).

Dalam hadits yang lain, beliau bersabda:

“Sungguh, Allah Subhanahu wata’ala telah membaca surat Thaaha dan Yasin dua ribu tahun sebelum menciptakan makhluk-Nya. Ketika Malaikat mendengar Al-Qur’an, mereka berkata, “Sungguh beruntung umat yang diturunkan Al-Qur’an kepada mereka, raga yang telah mengamalkan (kandungan Al-Qur’an), dan lisan yang membacanya.”” (HR Darimi).

Temen-temen, betapa agung keutamaan membaca kitab suci Al-Qur’an. Ia akan menjadi syafaat kelak pada hari kiamat bagi orang yang gemar membaca dan mengamalkannya. Ia menjadi pelipur lara bagi hati yang gundah, obat mujarab bagi hati yang dilanda sakit. Banyak manfaat yang bisa kita ambil yang semua itu takkan habis terurai di lembaran sempit ini.

Semoga kita semua bisa istiqomah dalam membaca, mengkaji, memahami dan syukur bisa mengamalkan kitab yang juga merupakan “Surat cinta” teragung dari Allah yang Maha Agung.

Wallahu a’lam.
Semoga bermanfaat.


^^BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI^^


Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.



Sumber: Mukhtashar Ihya Ulumuddin, Imam Ghazali

Selasa, 26 Januari 2010

Ambil Madunya, Tapi Jangan Hancurkan Sarangnya!

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Apa kabar temen-temen, Alhamdulillah kami bisa menyapa Anda semua pagi ini, semoga hujan yang mengguyur adalah kucuran rahmat dari-Nya dan tidak menghalangi kita untuk bergegas mengambil air wudhu dan segera menghadap-Nya.

Salam serta shalawat semoga tetap tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya.

Ambil Madunya, Tapi Jangan Hancurkan Sarangnya!

Di mana pun kelembutan itu berada, ia akan menghiasi tempat itu. Demikian halnya bila ia dicabut dari suatu tempat, ia akan mengotorinya. Kelembutan tutur kata, senyuman tulus di bibir, dan sapaan-sapaan hangat yang terpuji saat bersua merupakan hiasan-hiasan yang selalu dikenakan oleh orang-orang mulia.
Semua itu merupakan sifat seorang mukmin yang akan menjadikannya seperti seekor lebah; makan dari makanan yang baik dan menghasilkan madu yang baik. Dan bila hinggap pada setangkai bunga, ia tidak pernah merusaknya. Semua itu terjadi karena Allah menganugerahkan pada kelembutan sesuatu yang tidak Dia berikan kepada kekerasan.

Diantara manusia terdapat orang-orang “istimewa” yang membuat banyak kepala tunduk hormat menyambut kedatangannya, banyak massa berjubel ingin melihat mukanya, banyak hati bersimpati padanya dan bayak jiwa memujanya. Dan mereka itu tak lain adalah orang-orang yang banyak dicintai dan dibicarakan manusia dikarenakan kedermawanan, kejujurannya dalam berjual beli, serta keramahan dan sopan santunnya dalam bergaul.
Mencari banyak teman merupakan tuntunan dalam hidup yang selalu dicontohkan oleh orang-orang terhormat dikarenakan akhlaq dan perilakunya yang terpuji. Mereka itulah orang-orang yang selalu berada ditengah-tengah kerumunan manusia dengan senyum yang merekah, keramahan yang menentramkan dan sopan santun yang menyejukkan. Dan karena itu, mereka selalu ditanyakan dan didoakan ketika tak terlihat.

Orang-orang yang bahagia memiliki tuntunan akhlaq yang secara garis besar tercakup dalam slogan:

“Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.” (QS. Fushshilat: 34).

Begitulah, mereka dapat memupuskan rasa dengki dengan emosi yang terkendali, kesabaran yang menyejukkan, dan kemudahan memaafkan yang menentramkan. Mereka adalah orang-orang yang mudah melupakan kejahatan dan mengingat kebaikan orang lain. Karena itu, tatkala kata-kata kotor dan keji terlontar untuk mereka, telinga mereka tidak pernah memerah dibuatnya. Bahkan mereka memandang kata-kata itu sebagai angin lalu yang tak kan pernah kembali.

Merka itulah orang-orang yang selalu dalam kedamaian, orang-orang yang berada di sekitar mereka merasa aman, dan kaum muslimin yang bersama mereka pun merasa tentram.

“Orang muslim adalah orang yang jika orang muslim lainnya tidak merasa terganggu oleh lisan dan tangannya. Sedang orang mukmin adalah orang yang membuat orang lain merasa aman terhadap darah dan hartanya.” (Al-Hadits)

“Sesungguhnya Allah memerintahkanku untuk menyambung tali silaturahmi pada orang yang memutuskan silaturahmi denganku. Aku diperintahkan untuk mengampuni orang yang berlaku zalim terhadapku dan memberi kepada orang yang tidak pernah memberi kepadaku.” (Al-Hadits).

“Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan).” (QS. Ali ‘Imran: 134)

Sampaikan kabar gembira kepada mereka bahwa balasan Allah atas keteduhan, ketentraman, dan kedamaian mereka adalah akan disegerakan.

Sampaikan pula sebuah kabar gembira kepada mereka bahwa mereka juga akan mendapat balasan besar di akhirat berupa surga-surga dan sungai-sungai yang indah di sisi Rabb mereka kelak. Yakni,

“Di tempat yang disenangi di sisi Rabb Yang Berkuasa.” (QS. Al-Qamar: 55).


Wallahu a’alam.
Semoga bermanfaat.


^^BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI^^


Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.



Sumber: La Tahzan, Dr. ‘Aidh al-Qarni

Sabtu, 23 Januari 2010

TAQWA

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Apa kabar temen-temen? Alhamdulillah kami masih bisa menyapa Anda kembali pagi ini, semoga kita semua selalu dalam lindungan-Nya. Amin ya Rabbal ‘alamiin.

Salam serta shalawat semoga tetap tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam beserta keluarga dan sahabatnya.

TAQWA

Temen-temen yang kami cintai karena Allah, tentunya kita semua sudah paham apa itu taqwa. Dimana kita sebagai hamba-Nya telah sampai pada derajad yang mulia ini ketika kita bisa dengan sungguh-sungguh menjalankan segala yang diperintah oleh Allah Subhanahu wata’ala dan menjauhi segala yang menjadi larangan-Nya.

Dengan iman yang kokoh insya Allah kita akan sampai pada derajat itu, insya Allah.

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa kepada-Nya.” (Ali Imran: 102)

Dalam bertaqwa ini pun Allah tidak membebankan melebihi apa yang menjadi kesanggupan kita. Kita hanya disuruh bertaqwa sesuai kesanggupan kita, tentunya kita pun harus berusaha sungguh-sungguh untuk mencapai derajat itu meski pada akhirnya Allah juga yang akan menentukan tinggi rendahnya kadar ketaqwaan kita.

“Maka bertaqwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu.” (At-Taghabun: 16)

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan berkatalah dengan perkataan yang benar.” (Al-Ahzab: 70)

Temen-temen yang dirahmati Allah, perhatikan juga janji Allah dalam firman-Nya:
“Siapa saja yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan memberinya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (Ath-Thalaq: 2-3)

“Jika kamu bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaanan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahan dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (Al-Anfal: 29)

Selain itu, bagi hamba yang bertaqwa tiada jaminan terbaik dari Allah kecuali surga yang penuh dengan kenikmatan.

Abu Umamah Shuday bin ‘Ajlan Al-Bahili radhiyallahu ‘anh, ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah Shallahu ‘alaihi wasallam berkhutbah pada haji Wada’: “Bertaqwalah kamu sekalian kepada Allah, shalatlah kalian lima kali sehari semalam, berpuasalah pada bulan Ramadhan, tunaikanlah zakat harta bendamu serta patuhlah kepada pemimpin-pemimpin kalian, maka kalian akan masuk surga.” (HR Tirmidzi, dia berkata: Hadits ini hasan shahih)

Wallahu a’lam.
Semoga bermanfaat.


^^BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI^^


Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Sumber: Kumpulan Hadits dari Riyadhus Shalihin, Imam An-Nawawi dengan beberapa tambahan.

Kamis, 21 Januari 2010

Iman dan Kesabaran Sahabat-sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Apa kabar temen-temen, semoga selalu dalam ridha Allah Subhanahu wata’ala.
Salam serta shalawat semoga tetap kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarga beserta sahabatnya.

B. Iman dan Kesabaran Sahabat-sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Temen-temen fillah, melanjutkan bahasan mengenai kesabaran, berikut ini kami paparkan contoh kesabaran para shalihin, sahabat-sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam.
1. Ammar bin Yasir dan Keluarganya
Dari Jabir radhiyallahu ‘anh bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada suatu hari melewati Ammar dan keluarganya, dan mereka sedang disiksa, maka beliau bersabda,
“Bergembiralah wahai keluarga Ammar dan keluarga Yasir, sesungguhnya Jannah telah dijanjikan untuk kalian.” (HR Hakim, lihat al Mustadrak ‘ala ash shahihain 3/438)

Dari Ustman bin Affan radhiyallahu ‘anh berkata, “Ketika aku berjalan bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam di Bat-haa, kami lihat Ammar, ayah dan ibunya sedang disiksa oleh kaum Quraisy di bawah panasnya terik matahari agar mereka meninggalkan islam. Maka berkata ayah Ammar, “Wahai Rasulallah, siksaan yang ditimpakan kepada kami telah demikian kerasnya,” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Bersabarlah (kalian wahai keluarga Yasir), Ya Allah ampuni keluarga Yasir, jawab Yasir, “Ya, aku akan tetap sabar.” (HR Ahmad 1/62 – no: 439, Majma’ az Zawaa-id 7/227).

Allah subhanahu wata’ala berfirman,
“Barang siapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar.” (an-Nahl: 106).

2. Bilal bin Rabah.
Ahmad dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anh ia berkata, “Yang pertama menganut islam sebanyak tujuh orang yaitu: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, Abu Bakar, Ammar beserta ibunya Sumayyah, Shuhaib, Bilal dan Miqdad bin al Aswad radhiyallahu ‘anhum. Rasullullah terlindung dengan pamannya, sedang Abu bakar terlindung dengan kaumnya, sedang yang lainnya semuanya ditimpa siksaan dengan besi dan dijemur di terik panas matahari, sehingga tidak seorang pun dari mereka kecuali menerima kehendak kaum Quraisy, kecuali Bilal bin Rabah yang tabah sekali menghadapi siksaan kaumnya, dimana kaumnya menyiksa dengan diseret oleh anak-anak kecil keliling kota mekkah, sedang beliau hanya berkata Ahad…. Ahad….

Abu Nu’aim meriwayatkan dari Hisyam bin ‘Urwah, ia berkata, “Pernah pada suatu hari ketika Bilal disiksa, Waraqah bin Naufal mendengar Bilal berkata, “ahad, ahad, ahad.” Kemudian waraqah berkata kepada Bilal, “Apakah kamu berkata Ahad, Ahad, Ahad, wahai Bilal? Lalu Waraqah menemui majikannya Ummayah bin Khalaf karena dialah yang menyiksa Bilal dan berkata kepadanya, “Demi Allah kalau sampai Bilal terbunuh pasti akan kupuja kuburnya.”

Bilal terus disiksa, dan pada suatu hari Abu Bakar lewat kemudian berkata kepada Umayyah, “Tidakkah kamu takut kepada Allah atas perbuatanmu itu kepada hamba yang miskin ini, sampai kapankah kamu akan melepaskan orang ini?” Umayyah menjawab, kamu sendiri yang merusak aqidahnya, karena itu selamatkanlah ia sekehendakmu.”Abu Bakar menjawab, “Aku punya hamba hitam lebih kuat daripadanya dan seaqidah denganmu, karena itu akan kutukarkan dengannya.” Usul abu Bakar disetujui Umayyah lalu ditukarkannya. (Hayatush Shahabah 1/288-289)

(Ada juga riwayat yang mengatakan bahwa Abu Bakar membeli Bilal dengan harga yang berlipat – Red)

3. Mus’ab bin Umair
Mus’ab bin ‘Umair pada zaman jahiliyyah tergolong sebagai pemuda tampan dan pujaan para gadis di kota Makkah. Kedua orang tuanya sangat cinta dan amat menyayanginya, dan ibunya tergolong orang yang paling kaya dan selalu memanjakan anaknya dengan memberikan pakaiannya yang paling bagus. Ia adalah orang yang paling harum baunya di kota Makkah, dan selalu memakai sandal kasut dari Hadramaut.
Nabi Shallallahu ‘alaihiwasallam pernah menceritakan keadaan Mus’ab bin Umair di masa mudanya. Dia adalah orang yang paling tampan di kota Makkah, tidak ada yang paling bagus pakaian dan tidak ada yang paling nikmat kehidupannya dari Mus’ab bin Umair.

Ketika mendengar kenabian Muhammad ia pergi ke rumah Arqam bin abil Arqam untuk menyatakan keislamannya kepada beliau. Selama beberapa waktu ia menyembunyikan keislamannya, khawatir diketahui oleh ibu dan kaumnya, sementara ia tetap pergi ke rumah Arqam secara rahasia. Pada suatu hari ada yang memberitahukan kepada ibunya, bahwa Mus’ab dilihatnya melakukan shalat. Oleh karena itu Mus’ab dipenjarakan oleh ibunya dan kaumnya, dan tidak dilepaskan dari penjara sampai ia berhijrah ke Habsyah. Wajahnya telah berubah karena susah, sehingga ibunya berhenti menyiksanya. Hari-hari kehidupannya dilaluinya dengan penuh kemiskinan dan penderitaan. Ibunya mogok makan karena Mus’ab tidak mau kembali pada agama nenek moyangnya sehingga ibunya mati, Mus’ab tetap istiqomah dalam prinsip dan pendiriannya bagai batu karang di tengah lautan. Hingga akhir hayatnya ia hidup melarat dan miskin demi cinta kepada Allah dan Rasul-Nya

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Ketika di Makkah dahulu tak seorangpun kulihat lebih halus pakaiannya dan lebih rapi rambutnya dari pada kamu. Tetapi sekarang ini rambutmu kusut masai yang hanya dibalut dengan sehelai burdah.” (At Thabaqaat al Kubraa 3/121)

Dan sabdanya lagi,

“Dahulu aku lihat Mus’ab ini, tidak ada seorangpun pemuda di Makkah yang mengimbangi dalam memperoleh kesenangan dari orang tuanya. Kemudian ditinggalkannya semua itu demi cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya.”

Demikian sebagian kecil dari contoh kesabaran para Shalihin dari kalangan sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, potret laki-laki shalih yang terbaik sepanjang sejarah manusia.
Semoga kita dapat mengikuti dan mencontoh para Shalihin dalam kesabaran mereka menghadapi penderitaan dan kemiskinan tatkala mengarungi perjalanan jihad fie sabilillah.

Wallahu a’lam.
Semoga bermanfaat.

^^BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI^^


Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.




Sumber: Karakteristik Lelaki Shalih, Abu Muhammad Jibriel Abdul Rahman.

Selasa, 19 Januari 2010

IMAN ADALAH KEHIDUPAN

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Apa kabar temen-temen? Alhamdulillah kami bisa menyapa Anda kembali, semoga iman selalu tersemat di hati.

IMAN ADALAH KEHIDUPAN

Orang-orang yang sesungguhnya paling sengsara adalah mereka yang miskin iman dan mengalami krisis keyakinan. Mereka ini, selamanya akan berada dalam kesengsaraan, kepedihan, kemurkaan, dan kehinaan.

“Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit.” (QS Thaha: 124)

Tak ada sesuatu yang dapat membahagiakan jiwa, membersihkannya, menyucikannya, membuatnya bahagia dan mengusir kegundahan darinya, selain keimanan yang benar kepada Allah Subhanahu wata’ala, Rabb semesta alam. Singkatnya, kehidupan akan hambar tanpa iman.

Dalam pandangan para pembangkang Allah yang sama sekali tidak beriman, cara terbaik untuk menenangkan jiwa adalah dengan bunuh diri. Menurut mereka, dengan bunuh diri orang akan terbebas dari segala tekanan, kegelapan dan bencana dalam hidupnya. Betapa malangnya hidup yang miskin iman! Dan betapa pedihnya siksa dan azab yang akan dirasakan oleh orang-orang yang menyimpang dari tuntunan Allah di akhirat kelak!

“Dan, (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (al-Qur’an) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat sesat.” (QS Al-An’am: 110)

Kini, sudah saatnya dunia menerima dengan tulus ikhlas dan beriman dengan sesungguhnya bahwa, “tidak ada Ilah selain Allah”. Betapapun, pengalaman dan uji coba manusia sepanjang sejarah kehidupan dunia ini dari abad ke abad telah mebuktikan banyak hal; menyadarkan akal bahwa berhala-berhala itu tahayul belaka, kekafiran itu sumber petaka, pembangkangan itu dusta, para rasul itu benar adanya, dan Allah benar-benar Sang Pemilik kerajaan langit dan bumi – segala puji bagi Allah dan Dia sungguh-sungguh Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Seberapa besar – kuat atau lemah, hangat atau dingin – iman Anda, maka sebatas itu pula kebahagiaan, ketentraman, kedamaian dan ketenangan Anda.

“Barang siapa mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS An-Nahl: 97)

Maksud kehidupan yang baik (hayatan thayyibah) dalam ayat ini adalah ketenangan jiwa mereka dikarenakan janji baik Rabb mereka, keteguhan hati mereka dalam mencintai Dzat yang menciptakan mereka, kesucian nurani mereka dari unsur-unsur penyimpangan iman, ketenangan mereka dalam menghadapi setiap kenyataan hidup, kerelaan hati mereka dalam manerima dan menjalani ketentuan Allah, dan keikhlasan mereka dalam menjalani takdir. Dan itu semua adalah karena mereka benar-banar yakin dan tulus menerima bahwa Allah adalah Rabb mereka, islam agama mereka, dan Muhammad adalah nabi dan rasul yang diutus Allah untuk mereka.

Wallahu a’lam.
Semoga bermanfaat.

^^BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI^^

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Sumber: La Tahzan, Dr. ‘Aidh al-Qarni

Sabtu, 16 Januari 2010

KARAKTERISTIK LELAKI SHALIH | SABAR MENGHADAPI UJIAN ALLAH

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Syukur Alhamdulillah kami masih bisa menyapa Anda semua, semoga selalu dalam limpahan rahmat-Nya.

Shalawat serta salam semoga tetap kepada junjungan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam beserta keluarga dan sahabatnya.

Sahabat, kali ini kami akan membahas lagi masalah Karakteristik lelaki shalih, yaitu pada point;

SABAR MENGHADAPI UJIAN ALLAH.

A. Hidup adalah Ujian
Hakekat hidup manusia di dunia ini dalam pandangan islam adalah ujian. Manusia diciptakan Allah untuk diuji, apakah mereka bersyukur atau kufur. Allah mengabarkan dalam firman-Nya:

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur, yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan mereka dapat mendengar dan melihat. Sesungguhnya Kami telah menunjukkan jalan yang lurus, ada yang bersyukur dan ada yang benar-benar kafir.” (QS al-Insan, 76: 2-3).

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS al-Anbiyaa’, 21: 35).

“Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. Dan Kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. Maukah kamu bersabar?; dan adalah Rabb-mu Maha Melihat.” (QS al-Furqan, 25: 20).

Dengan demikian, maka hidup itu adalah suatu perjuangan (jihad). Dan tidak ada perjuangan tanpa resiko. Berjuang berarti berani berkorban. Takut berkorban maka perjuangan tidak akan sukses.

Perjuangan dakwah dan jihad tidak pernah sunyi dari resiko. Dan pada gilirannya akan membawa penderiataan dan kesakitan bagi si Da’I dan mujahid. Selain itu adakalanya jihad meminta pengorbanan harta, tenaga, waktu, keringat, air mata dan hingga nyawa. Sejauh mana komitmen seseorang dengan jihad fie sabilillah, sebatas itu pula kesiapan untuk berjuang di jalan Allah, seberapa banyak pengorbanan yang ia keluarkan di jalan Allah, maka setinggi itulah kemuliaan dan penghormatan yang diterima di sisi Allah kelak.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Orang-orang yang paling berat ujiannya adalah para Nabi dan orang-orang shalih. Sungguh diantara mereka ada yang mengalami kemiskinan sehingga ia tidak memiliki apa-apa selain pakaian yang dipakainya. Dan ada yang diuji dengan penyakit kulit (bisul) sehingga membawa maut. Dan diantara mereka memang ada yang lebih sukar untuk ditimpa ujian dari pada diberi karunia (kekayaan).” (HR Ibnu Majah & Ibnu Abi Ad-Dunya, lihat at Targhiib wa at Targhiib 4/141 – no: 5158).

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anh berkata, bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam:

“Siapa yang dikehendaki Allah suatu kebaikan, maka ia diberi musibah (penderitaan, kesengsaraan, kemiskinan).” (HR Bukhari, Ahmad dan Malik).

“Sesungguhnya besarnya pahala itu tergantung pada besarnya ujian bala’ dan sesungguhnya siapa yang ridha mendapat ujian, tentu baginya keridhaan Allah, dan siapa yang murka mendapat ujian, tentu baginya murka Allah.” (HR at-Tirmidzi, Abu Dawud).

“Tidak henti-hentinya ujian menimpa kepada orang mukmin laki-laki maupun wanita, baik mengenai dirinya maupun sanak keluarganya atau harta kekayaannya, hingga pada waktu menghadap Allah tidak ada lagi yang tinggal dari dosa-dosanya.” (HR Ahmad, Tirmidzi).

Bersambung Insya Allah….

Maha Benar Allah dan Rasul-Nya.
Semoga bermanfaat.

^^BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI^^

Sumber: Karakteristik Lelaki Shalih, Abu Muhammad Jibriel Abdul Rahman.


Pemberitahuan:

Sekarang QOLBUN SALIM juga bisa di akses melalui:
http://debyanhajiprastyo.blogspot.com/

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Rabu, 13 Januari 2010

~SEBAB-SEBAB TIMBUL CINTA.

~SEBAB-SEBAB TIMBUL CINTA.

Abriansyah M. Noor wroteon December 25, 2009 at 6:27am

Assalamu'alaikum Warahmatullahi wabarkatuh...


Segala sesuatu timbul atau terjadi didahului oleh sebab-sebab.
Ini juga termasuk sunnatullah yang berlaku pada tiap kejadian.

Firman Allah dalam surah Al-Kahfi :84-85, yang artinya :

"Sesungguhnya Kami teguhkan dia di bumi, dan kami datangkan akan dia dari tiap-tiap suatu ada sebab. Lantas dia ikuti sebab itu."

Seseorang jatuh cinta terhadap orang lain setelah berlaku beberapa sebab. Begitu juga seorang yang cinta kepada Allah Subhanahu Wata'ala.

Di antara sebab-sebab yang membawa seorang hamba cinta terhadap Allah adalah sebagai berikut :

1. Sering membaca Al-Qur'an dan memahamkan isi dan maksudnya. Setiap ayat dari ayat-ayat Al-Qur'an yang berjumlah 6666 ayat itu sekalipun menerangkan berbagai masalah dan kejadian, tetapi intinya, tujuannya dan maksudnya adalah menerangkan kebesaran, keagungan dan rahman Allah.

Bila seorang sering membaca Al-Qur'an dengan mengerti akan maksud dan tujuannya, pasti timbul padanya rasa cinta terhadap Allah Ta'ala.

2. Sering taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah dengan menjalankan ibadah-ibadah sunnat sesudah menjalankan ibadah Fardhu.
Merasakan enak dan gemar melakukan ibadaha-ibadah, bukan saja menunjukkan cinta terhadap Allah, juga menjadi sebab timbulnya rasa cinta itu.

Orang-orang yang syirik yang sering memuja dan mendatangi batu-batu berhala sesembahannya, lama-lama timbul rasa cinta terhadap berhala-berhala itu.

Begitu juga kalau seorang sering mengurus seekor binatang peliharaannya, menjadi cinta terhadap binatang peliharaannya itu.

Lebih-lebih terhadap Allah, bila kita sering melakukan ibadah terhadapnya pasti akan timbul rasa cinta itu.

3. Memperbanyak dzikir (mengingat Allah) dengan hati, dengan lidah, dan dengan amal perbuatan yang diperintahkan dan digemari oleh Allah.
Jangan sampai dalam hidup kita berlalu masa , dimana kita tak ingat Allah samasekali.

Biasakanlah menyebut nama Allah dalam segala hal ; yaitu menyebut Basmalah (Bismillaahirrahmaanirrahiim), sebelum memulai setiap pekerjaan.

Menyebut hamdallah (Alhamdulillaah) sehabis mengerjakan setiap pekerjaan, Istiqfar (Astaqfirullaah) bila melakukan sesuatu kesalahan atau kejahatan. Dan lain-lain kalimat dzikir yang sudah kita pelajari diantaranya : 5 kalimat agung yang sangan disukai Allah Ta'ala, yaitu ;

Subhanallaah, Alhamdulillaah, Allahu Akbar, Lahaula wala quwwata illa billahil aliyyil adzim, dan Lailahaillallah. Termasuk dzikir mengingat dan memperhatikan alam semesta dengan susunannya yang indah, mengagumi kembang-kembang dengan warna-warni dan baunya dan lain-lain.

4. Berjuang menundukkan hawa nafsu yang nyata-nyata bertentangan dengan keridhaan Allah.
Jangan membiarkan diri bergelimang dalam memuaskan hawa dan nafsu itu.

5. Pelajarilah nama-nama Allah, sifat-sifat-Nya dan perbuatan-Nya, dan ingati semua itu dengan hati.
Setiap nama dari nama-nama Allah dan setiap dari sifat-sifat-Nya bila dipelajari dan diingati, akan meneteskan rasa cinta terhadap Allah ke dalam lubuk hati.

6. Melihat segala ni'mat, kebaikan dan rahmat yang diturunkan Allah kepada diri kita sendiri, kepada keluarga dan manusia umumnya dan memperkatakan nikmat-nikmat itu akan menambah rasa cinta terhadap Allah.

7. Sering berkhalwat (bersunyi diri sendiri) menghubungkan jiwa sekujur perasaan kita dengan Allah, berkhalwat bermohon sambil berdo'a atau bermunajat kepada-Nya, berkhalwat membaca firman-firman Allah dengan adab dan sopan, lalu diakhiri dengan minta ampun dan taubat.

8. Bergaul dengan orang-orang shaleh yang menjadi kekasih Allah, mendengarkan kata-kata dan nasehat-nasehat dari mereka.

9. Meninggalkan omongan-omongan yang tak berguna, yang tak mengandung kemaslahatan bagi diri sendiri atau bagi orang lain. Apalagi pembicaraan yang mengandung dosa dan dusta.

10. Menjauhi segala sebab yang membatasi antara hati kita dengan Allah Subhanahu Wata'ala.

Dengan menempuh dan menjalani segala sebab dan hal-hal yang tersebut diatas ke dalam hati dan jiwa kita, akan menetes atau mengalir rasa kecintaan terhadap Allah.
Dan inilah yang mengakibatkan kecintaan Allah terhadap kita.

Dua faktor pula yang menyampaikan kita ke arah ini ;

1. Pembawaan jiwa dan hati kita sendiri, atau persediaan jiwa dan hati kita untuk mencapai kedudukan ini.

2. Terbukanya mata hati ('Ainul Basirah), yaitu mata dari hati yang bukan hanya dapat menangkap benda-benda nyata, tetapi dapat melihat segala rahasia yang berada dibalik alam benda.

Semoga Allah Subhanahu Wata'ala senantiasa memberikan kesempatan dan kemampuan kepada kita untuk mencapai kedudukan cinta dan dicintai oleh Allah Subhanahu Wata'ala, Amin Ya Rabbal Alamin..

^^BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI^^


Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

GANTI ITU DARI ALLAH

GANTI ITU DARI ALLAH

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillah, pagi ini Allah masih berkenan memberi kesempatan kepada kita semua untuk menghirup udara segar, menyambut mentari pagi yang selalu memberi sinar harapan baru dalam hidup ini.

Salam serta shalawat semoga tetap atas Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam beserta keluarga dan sahabat beliau dan kepada umatnya yang istiqomah pada jalannya.

Sahabat ketahuilah, Allah tidak pernah mencabut sesuatu dari Anda, kecuali Dia menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik. Tetapi, itu terjadi apabila Anda bersabar dan tetap ridha dengan segala ketetapan-Nya.

“Barang siapa Kuambil dua kekasihnya (matanya) tetap bersabar, maka Aku akan mengganti kedua(mata)nya itu dengan surga.” (Al-Hadits)

Dan,

“Barang siapa Kuambil orang yang dicintai di dunia tetap mengharapkan ridha(Ku), niscaya Aku akan menggantinya dengan surga.” (Al-Hadits).

Yakni, barang siapa kehilangan anaknya tetap berusaha untuk bersabar, maka di alam keabadian kelak akan dibangunkan untuknya sebuah Baitul Hamd (Istana Pujaan).

Maka, Anda tak usah terlalu bersedih dengan musibah yang menimpa Anda, sebab yang menentukan semua itu adalah Dzat yang memiliki surga, balasan, pengganti, dan ganjaran yang besar.

Para waliyullah yang pernah ditimpa musibah, ujian dan cobaan akan mendapatkan penghormatan yang agung di surga Firdaus. Itu tersirat dalam firman-Nya,

“Selamat atasmu karena kesabaranmu. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (QS. Ar-Ra’d: 24).

Betapapun, kita harus selalu melihat dan yakin bahwa dibalik musibah terdapat ganti dan balasan dari Allah yang akan selalu berujung kepada kebaikan kita. Dengan begitu, kita akan termasuk,

“Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah: 157).

Ini merupakan ucapan selamat bagi orang-orang yang mendapat musibah dan kabar gembira bagi orang-orang yang mendapat bencana.

Umur dunia ini sangat pendek dan gudang kenikmatannya pun sangat miskin. Adapun akhirat, lebih baik dan kekal. Sehingga barang siapa di dunia mendapat musibah ia akan mendapat kesenangan di akhirat kelak, dan barang siapa hidup sengsara di dunia ia akan hidup bahagia di akhirat.

Wahai orang-orang yang tertimpa musibah, sesungguhnya tak ada sesuatu pun yang hilang dari kalian. Kalian justru beruntung, karena Allah selalu menurunkan sesuatu kapada para hamba-Nya dengan “surat ketetapan” yang disela-sela huruf kalimatnya terdapat suatu kelembutan, empati, pahala, ada balasan, dan juga pilihan. Maka dari itu, siapa saja yang tertimpa musibah yang hebat, ia harus menghadapinya dengan sabar, mata yang jernih dan pola pikir yang panjang. Dengan begitu, ia akan menyaksikan bahwa buah manis dari musibah itu adalah:

“Lalu, diadakan diantara mereka dinding yang mempunyai pintu. Di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa.” (QS. Al-Hadid: 13).

Dan sesungguhnya apa yang di sisi Allah itu lebih baik, lebih abadi, lebih utama, dan lebih mulia.


Wallahu a’lam.
Semoga bermanfaat.


^^BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI^^


Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Sumber: La Tahzan, Dr. ‘Aidh al-Qarni

SEMOGA RUMAHMU MEMBUAT BAHAGIA

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Apa kabar temen-temen? Semoga Setiap langkah yang kita ayunkan, sejauh yang kita tempuh selalu dalam rangka memberi manfaat kepada kita pribadi dan sesama. Ketika kita tidak bisa berbuat hal yang membawa manfaat, berdiam di rumah adalah pilihan utama. Salam serta shalawat semoga terlimpah kepada Nabi besar Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarga beserta sahabatnya.

SEMOGA RUMAHMU MEMBUAT BAHAGIA

Mengasingkan diri yang diajarkan syariat dan sunah Rasul adalah menjauhkan diri dari kejahatan dan pelakunya, orang-orang yang banyak waktu kosongnya, orang-orang yang lalai, dan orang-orang yang suka membuat huru-hara. Dengan begitu, jiwa Anda akan selalu terkendali, hati menjadi tenang dan sejuk, pikiran selalu jernih, dan Anda akan merasa leluasa dan bahagia berada di taman-taman ilmu pengetahuan.

Mengasingkan diri (‘uzlah) dari semua hal yang melalaikan manusia dari kebaikan dan ketaatan merupakan obat yang sudah diuji coba dan dibuktikan kemujarabannya oleh para pengobatan hati. Banyak cara untuk menjauhkan diri dari kejahatan dan permainan yang sia-sia. Diantaranya adalah; mengisi waktu dengan menyuntikkan wawasan baru ke dalam akal pikiran, menjalankan semua hal yang sesuai dengan kaidah “takut kepada Allah”, dan juga menghadiri majlis-majlis pertaubatan dan dzikir. Betapapun, perkumpulan atau majlis yang terpuji dan patut dikunjungi adalah yang digunakan untuk menjalankan shalat berjamaah, menuntut dan mengajarkan ilmu, atau untuk saling membantu dalam kebaikan. Maka dari itu, hindarilah majlis-majlis yang tidak jelas tujuannya dan tidak pula berguna! Jaga kesucian kulit Anda, tangisilah kesalahan Anda, dan jagalah lidah! Semoga, dengan itu rumah Anda dapat membahagiakan hati Anda.

Pergaulan antara laki-laki dan perempuan merupakan serangan mematikan bagi jiwa dan ancaman yang membahayakan keamanan dan kedamaian diri Anda. Pasalnya, melakukan hal itu berarti anda telah bergaul dengan setan-setan pembisik desas-desus, penebar kabar bohong, peramal bencana dan petaka. Dan itu, akan membuat anda mati tujuh kali dalam sehari sebelum Anda benar-benar mati. Maka,

“Jika mereka berangkat bersama-sama kamu, niscaya mereka tidak menambah kamu selain dari kerusakan belaka.” (QS. At-Taubah: 47)

Atas dasar itu, harapan saya adalah supaya Anda menjalani bagaimanapun kondisi Anda, tetap menyendiri di ‘kamar’ Anda dan hanya keluar untuk berkata dan berbuat baik saja. Pada saat seperti itu hati Anda akan benar-benar menjadi milik Anda, sehingga waktu dan umur Anda selamat dari kesia-siaan, lidah Anda terhindar dari menggunjing (ghibah), hati anda bersih dari kerisauan, telinga Anda terjauh dari ucapan kotor, dan jiwa Anda bebas dari berburuk sangka. Barang siapa mencoba sesuatu, niscaya akan mengetahuinya. Barang siapa membiarkan dirinya hanyut dalam gumpalan kasak-kusuk dan terseret ke dalam komunitas orang-orang yang tidak berilmu, serta senang berbuat yang sia-sia, maka katakan kepadanya: Selamat tinggal!

Wallahu a’lam.
Semoga bermanfaat.

^^BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI^^

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Sumber: La Tahzan, Dr. ‘Aidh al-Qarni

Siapakah yang Memperkenankan Doa Orang yang Kesulitan Apabila Ia Berdoa?

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Apa kabar temen-temen? Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wata’ala, tempat kita bergantung dan berserah diri.

Salam serta shalawat semoga tetap kapada Rasulullallah Shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarga dan shabat-sahabatnya serta kepada seluruh umatnya yang istiqomah pada jalannya. Amin.

Siapakah yang Memperkenankan Doa Orang yang Kesulitan Apabila Ia Berdoa?

Siapakah yang berhak menjadi tempat mengadu orang-orang yang dilanda kegelisahan, kesempitan dan kesedihan? Kepada siapakah mereka harus memohon pertolongan? Siapakah yang layak menjadi tempat bergantung, memohon, meminta dan meratap semua makhluk? Siapakah yang berhak menjadi gantungan hati dan selalu diucapkan oleh lidah manusia? Tak lain, adalah hanya Allah yang tiada Ilah selain Dia.

Bagiku dan juga Anda, adalah suatu kewajiban untuk berdoa dan meminta kepada-Nya dalam keadaan lapang maupun sempit, dalam keadaan mudah maupun ketika sulit. Kita harus menumpahkan segala permasalahan ke haribaan-Nya dan kita juga harus tetap bertawassul kepada-Nya, meski dalam keterjepitan seperti apapun. Kita harus duduk bersimpuh di depan pintu gerbang-Nya sambil memohon, menangis merendahkan diri dan meminta ampunan-Nya. Dan kemudian, tunggulah! Karena pada saatnya nanti akan datang pertolongan, ma’unah (uluran), bantuan dan kemudahan yang bersumber dari-Nya.

“Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya.” (QS. An-Naml: 62)

Jawabannya adalah Allah-lah yang menyelamatkan orang-orang yang tenggelam, memberi jalan keluar orang-orang yang mengalami kesulitan, menolong orang yang dizalimi, memberi petunjuk orang yang sesat, dan meringankan beban orang yang mendapat cobaan.

“Maka apabila mereka naik kapal, mereka berdoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.” (QS. Al-‘Ankabut: 65)

Di sini, saya tidak akan memaparkan doa-doa pengusir rasa duka, gundah dan sedih. Bagaimanapun sebaiknya Anda mempelajari sendiri kalimat-kalimat doa yang indah dalam kitab-kitab hadits. Setelah itu, mengadulah, merataplah, berdoalah dan memohonlah kepada-Nya. Dan apabila Anda sudah berhasil menemukan-Nya, berarti Anda telah mendapatkan segalanya. Akan tetapi, jika Anda kehilangan iman kepada-Nya, niscaya Anda akan kehilangan segalanya.

Doa Anda kepada Rabb terhitung sebagai wujud lain dari ibadah. Juga sebagai bukti ketaatan besar yang akan mendatangkan suatu pemberian lebih daripada apa yang Anda minta. Maka itu, seorang hamba yang benar-benar mengetahui hakekat berdoa kepada Allah, niscaya ia tak akan pernah resah, gundah dan kacau pikirannya.

Semua tali akan mengerut kecuali tali-Nya, dan semua pintu akan tertutup kecuali pintu-Nya. Allah Maha Dekat, Maha Mendengar, dan Maha Menjawab. Dia mengabulkan doa setiap orang yang berada dalam kesulitan. Dia memerintah Anda – karena Anda manusia yang selalu membutuhkan dan lemah, dan Dia Maha Kaya, Maha Kuat, Maha Tunggal dan Maha Terpuji – agar senantiasa berdoa. Dia berkata,

“Berdoalah kamu kepada-Ku niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” (QS. Al-Mu’minuun: 60)

Ketika musibah dan bencana datang silih berganti menimpa Anda, berdzikirlah kepada-Nya, sebutlah nama-Nya, mohonlah pertolongan-Nya, dan mintalah jalan keluar dari-Nya! Tundukkan wajah untuk mengkuduskan nama-Nya demi mendapatkan mahkota kemerdekaan dari-Nya. Lekatkan hidung pada tempat Anda bersujud kepada-Nya agar Anda mendapat keselamatan. Angkat kedua tangan Anda, buka kedua telapak tangan Anda, perbanyak memohon kepada-Nya, jangan pernah bosan meminta kepada-Nya dan jangan pernah berpaling dari depan pintu-Nya. Harapkanlah kelembutan kasing sayang dari-Nya, nantikan pertolongan-Nya, nyaringkan suara Anda tatkala menyebut nama-Nya, dan selalu berbaik sangkalah kepada-Nya. Curahkan seluruh waktu Anda untuk-Nya dan beribadahlah kepada-Nya dengan tekun agar Anda mendapat kebahagiaan dan kemenangan.

Wallahu A’lam.
Semoga bermanfaat.

^^BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI^^

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Sumber: La Tahzan, Dr. ‘Aidh Al-Qarni

JADIKAN BUAH LEMON ITU MINUMAN YANG MANIS!

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillah, syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata’ala yang masih memberikan kita kesehatan dan kesempatan untuk mencari ilmu yang insya Allah berguna untuk kita menapaki hidup ini agar senantiasa istiqomah meniti jalan dan ridha-Nya, Amin.

Shalawat serta salam semoga tetap atas Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarga beserta sahabatnya.

Temen-temen rakhimakumullah..

JADIKAN BUAH LEMON ITU MINUMAN YANG MANIS!

Orang cerdik akan berusaha merubah kerugian menjadi keuntungan. Sedangkan orang bodoh akan membuat suatu musibah menjadi bertumpuk dan berlipat ganda.

Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam diusir dari Makkah, beliau memutuskan untuk menetap di Madinah dan kemudian berhasil membangunnya menjadi sebuah negara yang sangat akrab di telinga dan mata sejarah.

Ahmad Ibn Hanbal pernah dipenjara dan dihukum dera, tetapi karenanya pula ia kemudian menjadi imam salah satu madzhab. Ibnu Taimiyah pernah di penjara, tetapi justru di penjara itulah ia banyak melahirkan karya. As-Sarakhsi pernah dikurung di dasar sumur selama bertahun-tahun, tetapi di tempat itulah ia berhasil mengarang buku sebanyak dua puluh jilid. Ketika Ibnul-Atsir dipecat dari jabatannya, ia berhasil menyelesaikan karya besarnya yang berjudul Jami’ul Ushul dan an-Nihayah, salah satu buku paling terkenal dalam hadits. Demikian halnya dengan Ibnul-Jawzy, ia pernah diasingkan dari Bagdad, dan karena itu ia menguasai qiraah sab’ah. Malik ibn ar-Raib adalah penderita suatu penyakit yang mematikan, namun ia mampu melahirkan syair-syair yang sangat indah dan tak kalah dengan karya-karya penyair besar zaman abbasiyah. Lalu, ketika semua anak Abu Dzuaib al-Hudzali mati meninggalkannya seorang diri, ia justru mampu menciptakan nyanyian-nyanyian puitis yang mampu membekam mulut zaman, membuat setiap pendengarnya tersihir, memaksa sejarah untuk selalu bertepuk tangan saat mendengarnya kembali.

Begitulah, ketika tertimpa suatu musibah, Anda harus melihat sisi yang paling terang darinya. Ketika seseorang memberi Anda segelas air lemon, Anda perlu menambah sesendok gula ke dalamnya. Ketika mendapat hadiah seekor ular dari orang, ambil saja kulitnya yang mahal dan tinggalkan bagian tubuhnya yang lain. Ketika disengat kalajengking, ketahuilah bahwa sengatan itu sebenarnya memberikan kekebalan pada tubuh Anda dari bahaya ular.

Kendalikan diri Anda dalam berbagai kesulitan yang Anda hadapi! Dengan begitu, Anda akan dapat mempersembahkan bunga mawar dan melati yang harum kepada kami. Dan,

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu”. (QS. Al-Baqarah: 216)

Sebelum terjadi revolusi besar Prancis, konon Negara itu pernah memenjara dua sastrawan terkenalnya. Salah seorang dari keduanya sangat optimistis dan yang seorang lagi pesimistis bahwa revolusi dan perubahan akan segera terjadi. Setiap hari keduanya sama-sama melongokkan kepala melalui sela-sela jeruji penjara. Hanya saja, sang sastrawan yang optimis selalu memandang ke atas dan melihat bintang-bintang yang gemerlap di langit. Dan karena itu ia selalu tersenyum cerah. Adapun sastrawan yang pesimistis, ia selalu melihat ke arah bawah dan hanya melihat tanah hitam di depan penjara, dan kemudian menangis sedih.

Begitulah, sebaiknya Anda selalu melihat sisi lain dari kesedihan itu. Sebab, belum tentu semuanya menyedihkan, pasti ada kebaikan, secercah harapan, jalan keluar serta pahala.

Wallahu A’lam,
Semoga bermanfaat.
^^BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI^^

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.



Sumber: La Tahzan, Dr. ‘Aidh al-Qarni