Sabtu, 27 Februari 2010

Shalat dan Sorban Penggoda

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Apa kabar sahabat, semoga Allah Subhanahu wata’ala senantiasa menjaga hatimu dan hatiku agar selalu bersih dari segala macam penyakit yang bisa membahayakannya, dan mudah-mudahan kita kembali kepada-Nya dengan membawa hati yang tenang, hati yang damai, nafsul muthmainnah, amin ya Rabbal ‘alamiin.

Salam serta shalawat semoga tetap atas junjungan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarga beserta sahabat beliau.

Sahabat yang dirahmati Allah, untuk kali ini kami akan mengisahkan tentang;

Shalat dan Sorban Penggoda

Sayyidina Ali Karromahullahu Wajhahu dikenal sangat khusyu’ imannya, sangat santun pekertinya, dan sangat luas hikmahnya. Dia adalah satu dari sedikit orang yang mampu mengalami trans ketika menjalani prosesi ibadah. Setiap kali shalat, bukan hanya ucapan dan tindakan yang dapat merefleksikan hubungan dirinya dengan sang Khaliq. Hati dan pikirannya, indra dan perasaannya, semua terfokus kepada Dzat Pencipta alam semesta. Dalam kondisi seperti ini, tidak ada sesuatu pun yang mampu mengalihkannya dari semangat ilahiah kepada semangat keduniawian.

Suatu hari, pernah dalam suatu peperangan misalnya, pantat Ali sempat tertembus anak panah. Ketika hendak dicabut, Ali r.a. berkata, “Biarkanlah aku shalat dahulu. Dalam kondisi shalat, cabutlah anak panah ini dari pantatku.” Subhanallah. Dalam kondisi shalat itulah, ketika anak panah dicabut, seolah sayyidina Ali tak merasakan sesuatu apapun, apa lagi rasa sakit. Itulah kekhusyu’an Sayyidina Ali yang tiada bandingnya. Tak berlebihan jika Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam sampai menyatakan, “Saya dengan Ali ibarat Musa dengan Harun. Hanya sayangnya, setelah saya tidak ada lagi nabi.”

Suatu hari, ketika Nabi bersama beberapa sahabatnya (termasuk Ali) sedang berkhalaqah (duduk melingkar mendengarkan wejangan Nabi), ada seseorang mengajukan pertanyaan, “Wahai Rasulullah, ketika aku shalat, sering kali muncul dalam benakku, pikiran-pikiran lain, bersifat keduniawian di luar shalat. Apakah shalatku bisa diterima?”

Kala itu Ali langsung menukas, mendahului jawaban Nabi, “Shalatmu tidak sah.” Mendengar jawaban Ali, Nabi langsung menimpali, “Ali, sekarang kamu shalatlah. Bila sampai akhir shalat kamu dapat melupakan segala persoalan dunia dengan segala isinya, maka aku akan memberimu hadiah sorban termahal di tanah hijaz ini.”

Mendapat “tantangan” dari Nabi, Ali langsung menyanggupi, lantas ia melakukan shalat sunnah mutlak dua rakaat. Pada rakaat pertama, Ali berhasil lolos, tak mengingat suatu apapun kecuali hanya ingat Allah. Namun, ketika duduk tahiyat akhir rakaat kedua, tiba-tiba muncul di benaknya, gumaman batin rasa bangga: “Wah, aku berhasil lolos, dan aku akan mendapat hadiah dari Nabi.”

Selasai shalat, Ali mesam-mesem (tersenyum-senyum), lantas bercerita apa adanya kepada Nabi tentang: gumaman keduniawian yang tiba-tiba muncul tak terkendali.

Hikmah;

Malalui peristiwa tadi, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam secara tak langsung memberi sabda dan fatwa bahwa sesuatu yang kadang terlintas dalam pikiran ketika shalat tidak menyebabkan batalnya ibadah, kendati hal ter-afdhal adalah persis seperti shalatnya Sayyidina Ali. Terlintas hal-hal yang duniawi ketika menghadap Ilahi masih tergolong sesuatu yang manusiawi, meskipun harus tetap terkendali.

Wallahu a’lam bis-shawab.
Semoga bermanfaat.

^^Bersihkan hati menuju ridha Ilahi^^

Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.



Sumber: Kisah dan Hikmah, Dhurorudin Mashad

Tidak ada komentar:

Posting Komentar