Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillah wa syukurillah selalu kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wata’ala yang selalu melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Betapapun kita sering melupakan-Nya, jarang mengingatnya dengan sungguh-sungguh, tetap Dia-lah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Salam serta Shalawat semoga tetap atas Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarga beserta sahabatnya.
Ketahuilah wahai diriku dan saudaraku, perbuatan buruk, perbuatan zalim, dan perilaku aniaya yang kita lakukan, hendaknya disadari akan juga menghimbas kepada orang-orang yang tidak bersalah di sekitar kita; orang tua kita, pasangan kita, anak kita, saudara kita, teman kita dan orang-orang di sekitar kita. Sudikah kita melihat mereka yang kita kasihi susah? Silahkan… jika kita tidak lagi punya hati.
“Dan takutlah kamu akan bahaya perbuatan buruk yang akibatnya tidak hanya menimpa pelaku aniaya diantara kamu…” (Al-Anfal: 25).
Saudaraku yang kucintai karena Allah, betapa banyak orang yang kita kasihi sangat berharap akan kita untuk bisa menjadi orang yang bisa memberi manfaat bagi mereka, bisa dibanggakan, bisa menjadi penyejuk hati bagi orang tua kita, bisa menjadi sandaran bagi anak dan istri, bisa jadi tumpuan atau tulang punggung keluarga, namun tidak jarang kita malah menyia-nyiakan kepercayaan mereka.
Kadang kita justru tenggelam dalam gelapnya maksiat , tak peduli akan kelangsungan hidup kita di hari kemudian. Tak jarang akibat buruk dari maksiat itu berlangsung begitu lama, sehingga menyeret keluarga kita, teman kita kepada masalah yang kita timbulkan akibat kejahatan yang telah kita lakukan.
“Setiap diri tergadai dengan apa yang dilakukannya.” (Al-Muddatstsir: 38).
Tapi mudah-mudahan juga, itu bukan azab, melainkan ujian yang kelak akan berbuah manis, jika kita mau bertaubat dan menjalani segala macam cobaan akibat dari perbuatan kita itu.
Saudaraku, tidak ada jalan lain selain kita mengoreksi diri, bermuhasabah, menghisab diri kita akan perbuatan-perbuatan yang telah kita lakukan. Apa saja yang perlu kita koreksi?
• Pertama; tentu saja mengkoreksi habis apa kira-kira perbuatan maksiat yang telah kita lakukan. Contoh, apakah menyentuh perbuatan MOLIMO (main, madat, minum, maling dan madon), atau justru telah menduakan Rabb, dengan bersandar pada benda-benda, ajimat, kyai, orang ‘pinter’ dan sebagainya.
• Kedua; berupaya untuk bertaubat secara benar.
• Mengadakan perjanjian/ikrar yang diucapkan di hadapan Rabb untuk melepaskan diri dari perbuatan zalim yang telah dilakukan
• Keempat; Taslim, yaitu tunduk dan patuh terhadap ajaran-Nya, seperti shalat, puasa, zakat atau sedekah, berbuat baik kepada sesama, dan menghindari kemungkaran.
• Kelima; berusaha untuk menjadi yang terbaik bagi sesama, dengan memperhatikan kepada mereka yang status sosial ekonominya lebih rendah, yatim piatu, fakir miskin dan sebagainya.
• Keenam; harus ada kepasrahan yang sangat dan ketergantungan yang murni kapada Ilahi, yang berbentuk tawakal.
•
Semua itu harus dijalankan dengan mujahadah (sungguh-sungguh) dan mudawamah (konsisten). Inilah makna kembali kepada Sang Khaliq, setelah menjauhi-Nya dengan mengukir pengabdian yang buruk.
Jika itu dilakukan, maka tanpa perjalanan panjang yang memakan waktu berhari-hari, berminggu-minggu, apa lagi bilangan tahun, kebesaran Allah akan Nampak pada diri kita yang menempuh enam proses di atas. Azab yang seakan tak mau pergi dan menyelimuti kehidupan kita, segera akan digantikan Allah dengan sebuah rahmat.
Saat itu kita tidak akan pernah tahu, anugerah dan petunjuk seperti apa yang akan Allah kirimkan, sebagai sebuah proses penyelesaian masalah keduniaan. Betapa pun peliknya, berapa pun besarnya, dan siapa pun yang dihadapi,
serahkan kepada Allah. Karena Allah Maha Besar, Maha Agung, Maha Memiliki dan Maha Mengatur semuanya yang ada di alam ini. Juga karena Allah itu mempunyai kuasa, yang kekuasaan-Nya tidak terbatas dan tidak pernah bertepi.
“Katakanlah kepada mereka yang lupa diri, jika mereka bersedia menghentikan perbuatan buruknya, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Tapi jika mereka kembali, maka berlakulah ketetapan yang semestinya memang terjadi sebagaimana dikenakan kepada mereka terdahulu.” (Al-Anfal: 38)
Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya,
Semoga bermanfaat.
#BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI#
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Sumber: Mencari Tuhan yang Hilang, Ust. Yusuf Mansur
Selasa, 12 Januari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar