Selasa, 12 Januari 2010

MENGHINDARI BERGOSIP

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillah kami panjatkan puji dan syukur kepada Allah Subhanahu wata’ala yang masih memberi kesempatan kepada kami untuk bisa manyapa Anda semua dalam keadaan sehat wal ‘afiat tanpa kurang satu apa, semoga Anda semua selalu diberikan nikmat kesehatan dan kesempatan untuk selalu berbuat kebaikan.

Shalawat dan salam tetaplah atas Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarga, sahabat beserta umatnya sampai yaumil akhir.

Kali ini kita akan sama-sama belajar tentang;

MENGHINDARI BERGOSIP

“DAN JANGANLAH SEKALI-KALI KAMU MENCOBA MENCARI-CARI TAHU TENTANG SESUATU YANG KAMU TIDAK MENGETAHUINYA. KARENA SESUNGGUHNYA SETIAP PENDENGARAN ATAU INGIN MENGETAHUI PERASAAN ORANG LAIN KELAK AKAN DIMINTA PERTANGGUNGJAWABAN” (AL-ISRA: 36)

Open Up Your Mind

Kenapa dengan bergosip? Gosip itu berarti kita menjadi Mr atau Mrs Penggunjing. Menjadi orang yang suka membicarakan urusan orang lain. Atau lebih jelek lagi kita malah ingin memasuki wilayah-wilayah yang sangat privasi, rahasia pribadi orang lain. Ujung-ujungnya menjadi pengiri dan pendengki.

Apakah sejenak kita pernah berfikir bahwa bila kita bergosip tanpa disadari kita akan larut dan tergelincir dalam tindak ghibah. Ghibah adalah perlakuan terhadap orang lain berupa gosip yang kalau saja kita yang digosipkan menjadi kesal dan marah.

Kalau gosip itu masih memungkinkan membicarakan sisi kebaikannya, tapi berghibah akan lebih focus pada keburukan-keburukannya. Sehingga perilaku berghibah itu sesungguhnya mirip dengan proses mencari sesuatu yang sesungguhnya tidak ada tetapi karena ada potensi untuk dimunculkan akhirnya menjadi ada.

Seperti halnya ketika kita sedang berfikir bahwa ada sesuatu yang tidak enak di pipi kita. Kemudian kita berfikir itu jerawat. Lalu kita pun memijat-mijatnya dan benar. Kulit kita yang tadinya tidak berjerawat lama-kelamaan teriritasi dan terinfeksi kemudian muncul jerawat itu.

Namun yang lebih mengkhawatirkan tentunya adalah, jangan-jangan dengan diam-diam ada perasaan senang yang muncul ketika melihat orang yang digosipkan atau korban terpojok. Wah, itu harus segera dihentikan.

Jadi kalau diurut; bergosip mempunyai peluang berubah menjadi ghibah. Ghibah punya peluang berubah menjadi fitnah. Dan, itu sangat berbahaya sekali!

Kalau ada ungkapan fitnah, itu berbahaya dari pembunuhan kita mungkin tidak sadar betul dengan maksud itu. Tapi coba bayangkan dengan provokasi! Kita menyadari bahwa provokasi itu bak sebuah bensin yang disiramkan dalam api yang sedang berkobar. Maka dalam hitungan detik, siapa pun jadi korbannya.

Fitnah, juga demikian. Pembunuhan korbannya satu dan itu jelas pelakunya. Tapi, fitnah, korban bisa ribuan bahkan jutaan. Pelakunya tidak bisa ditelisik, diketahui. Berawal dari sebuah isu. Mirip sebuah api yang berasal dari percikan.

Orang yang suka bergosip dikecam sebagai orang yang tidak bisa memanfaatkan, mensyukuri nikmat Allah Subhanahu wata’ala yang berupa; waktu, tenaga dan fikiran. Padahal bila waktu, tenaga dan fikiran bisa digunakan untuk hal-hal yang produktif; belajar dan bekerja, maka itu akan banyak sekali manfaat dan faedahnya.

Tapi kalau digunakan hanya untuk bergosip, maka yang terjadi adalah kesia-siaan. Karena mereka yang bergosip dikategorikan sebagai orang yang tidak bisa mensyukuri dan orang yang kufur nikmat.

Sekarang, masalah ditengah budaya infotainment yang marak; dari tv, radio dan media massa, masih adakah keinginan kita untuk menghentikan diri dari budaya bergosip? Kalau tidak, maka kita akan dicap Al-Qur’an sebagi orang yang kufur nikmat.

So, kalau begitu apa tidak lebih baik mencurahkan limpahan rizki yang berupa waktu fikiran dan tenaga kita dayagunakan untuk hal-hal positif? Meninggalkan gossip?

“JANGANLAH SEKALI-KALI MELEMPAR BATU KE DALAM RUMAH KACA, BILA ANDA SENDIRI TINGGAL DI RUMAH KACA PULA.” (ARIF BIJAKSANA)

Wallahu a’lam,
Semoga bermanfaat.

#BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI#

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.



Sumber: Motivasi Qurani Harian, Tasirun Sulaiman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar