Selasa, 12 Januari 2010

ALLAH DALAM PERWUJUDAN JALALIYYAH DAN JAMALIYYAH

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Apa kabar temen-temen? Semoga masih semangat untuk terus belajar Meraih cinta-Nya, belajar menjadi kekasih-Nya.

Salam serta shalawat juga kita haturkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, manusia yang paling kita cintai setelah Allah Subhanahu wata’ala.

Kali ini kita akan lebih mengenal Allah;

ALLAH DALAM PERWUJUDAN JALALIYYAH DAN JAMALIYYAH

Saudaraku, bagaimana sih perwujudan Allah dalam Jalaiyyah? Perlu diketahui bahwa Jalaliyyah adalah perwujudan Allah yang menunjukkkan Keagungan-Nya, Kebesaran-Nya, Kemahaperkasaan-Nya. Misalnya Allah itu Maha Dahsyat siksa-Nya, Allah sangat berat dalam mengazab dan sebagainya, semua nama itu membuat kita takut kepada-Nya.

Menurut para sufi, dimensi jalaliyyah berkaitan dengan Zat Allah, dimana Allah itu sangat jauh, tidak bisa kita bayangkan akan Zat-Nya. Betapapun kita mencoba untuk membayangkan Allah, Dia tetap di luar dari apa yang kita bayangkan. “Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan dan mereka bayangkan.”

Seorang ulama pernah berkata, “Sekiranya kita melakukan shalat, lalu kita ingin shalat secara khusyu’ dan kita membayangkan Allah dengan bayangan kita, maka kita telah melakukan kemusyrikan. Kita menyembah bayangan kita tentang Allah. Padahal Dia Maha Suci dari apapun yang kita bayangkan. “Subhanallahi ta’ala ‘amma yasifuun.” (QS Ash-Shaffat: 159)

Kalau kita membayangkan Allah dari segi zat-Nya, maka yang harus kita lakukan adalah tanzih atau pembersihan; kita bersihkan diri kita dari segala bayangan apa pun tentang Allah, karena Allah tidak bisa kita bayangkan. Laitsa kamitslihi syai-un; Tiada yang semisal Dia sedikit pun. (QS Asy-Syura: 11). Jadi sikap kita terhadap Allah dari segi zat-Nya adalah membersihkan Dia dari segala yang kita sifatkan.

Dalam dimensi jalaliyyah, posisi kita terhadap Allah adalah sebagai hamba-Nya. Seperti ketika shalat, kita menyatakan dengan ucapan: “Iyyaka na’budu; Kepada-Mu kami menyembah” (QS Al-Fatihah: 5)

Wajah Allah yang lain adalah sisi yang menunjukkan keindahan-Nya atau disebut dengan wujud jamaliyyah.

Dalam perwujudan jalaliyyah Allah, kita tidak bisa mengenal zat-Nya karena Dia berbeda dengan kita. Oleh karena itu Allah memperkenalkan Diri-Nya melalui sifat-sifat-Nya. Diantara sifat jamaliyyah Allah adalah kasih sayang-Nya, anugerah-Nya, kenikmatan-Nya, karunia-Nya dan pemeliharaan-Nya.

Hal ini menarik, dalam Al-Qur’an ternyata jumlah Asma Allah yang menunjukkan dimensi jamaliyyah lebih banyak dari pada jumlah Asma Allah yang menunjukkan sisi jalaliyyah. Ini menunjukkan bahwa kasih sayang Allah jauh lebih besar dari kemurkaan-Nya. Allah itu lebih cepat ridha-Nya dari pada murka-Nya.

Dalam dimensi jamaliyyah kita harus melakukan tasybih, artinya kita harus meniru Allah dalam sifat-Nya yang indah itu. Kita mencoba menyerap sifat-sifat Allah itu dalam diri kita.

Dalam perwujudan jalal, akan timbul dalam hati kita perasaan khauf atau takut kepada Allah, namun dalam sifat-Nya yang jamal perasaan yang timbul dalam hati kita adalah perasaan mahabbah (cinta). Mahabbah ditunjukkan dalam anugerah-Nya, kasih sayang-Nya, karunia-Nya, ampunan-Nya dan pahala-Nya.

Saudaraku, Karunia Allah adalah sisi jamaliyyah-Nya sedang keadilan Allah adalah sisi jalaliyyah.

“Dengan nama Allah yang tidak aku harapkan kecuali karunia-Nya dan tidak aku takutkan kecuali keadilan-Nya” (doa Shahifah Sajjadiyah).

Ketahuilah wahai saudaraku, kita masuk surga bukanlah karena amal yang kita lakukan karena sungguh amal kita jarang ikhlas, banyak dikotori oleh riya, namun kita masuk surga karena karunia-Nya. Andai pun kita masuk neraka, itu karena keadilan-Nya, itulah kira-kira maksud di balik doa diatas.

Sekiranya kita hanya berpegang pada dimensi jamaliyyah Allah, tidak memperhatikan sisi jalaliyyah-Nya kita akan menjadi orang yang sangat longgar. Kita akan seenaknya berbuat maksiat karena kita beranggapan, “toh” Allah Maha Pengasih dan Penyayang. Kita akan melanggar aturan-Nya karena ampunan Allah lebih luas dari dosa-dosa kita.

Maka dari itu kita juga harus ingat dan memperhatikan sisi jalaliyyah Allah. Allah Maha dahsyat azab-Nya, Allah Maha keras siksa-Nya, Allah Maha cepat hisab-Nya dan lain sebagainya yang berupa ancaman.

Dengan adanya keseimbangan pemahaman antara sifat jalaliyyah dan jamaliyyah-Nya, insya Allah kita akan lebih berhati-hati menjalani hidup ini, dan lebih selamat.

Wallahu a’lam,
Semoga bermanfaat.

#BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI#

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar