Selasa, 12 Januari 2010

KETENANGAN HATI SEORANG MU’MIN SETELAH MELIHAT KEKUASAAN ALLAH

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillah, wa syukurillah. Segala puji bagi Allah yang Maha membolak-balikkan hati hamba-Nya. Semoga hati kita semakin tenang dengan mengingat-Nya juga akan kekuasaan-Nya.

Shalawat dan salam selalu dan selalu tercurah kepda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah mengorbankan sebagian besar hidupnya untuk umatnya.

KETENANGAN HATI SEORANG MU’MIN SETELAH MELIHAT KEKUASAAN ALLAH

Berikut akan kami kisahkan cerita tentang manusia mulia Nabi Ibrahim yang hanif. Semoga kita bisa mengambil hikmah dari kisah tersebut, amin.

Bismillahirrahmanirrahim.

“Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata: “Ya Rabbku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati.” Allah berfirman, “Apakah kamu belum percaya?” Ibrahim menjawab, “Saya telah percaya, akan tetapi agar bertambah tatap hati saya.” (Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu jinakkanlah burung-burung itu kepadamu, kemudian letakkanlah tiap-tiap seekor dari padanya atas tiap-tiap bukit. Sesudah itu panggillah dia. Niscaya dia akan datang kepadamu dengan segera.” Dan ketahuilah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Al-Baqarah:260)

Hasan berkata bahwa sebab timbul pertanyaan ini dari Ibrahim adalah bahwa suatu ketika ia melewati bangkai. Menurut Zuraich bahwa bangkai yang dimaksud adalah bangkai himar tergeletak di tepi laut, kemudian ia melihatnya telah hancur dimakan binatang laut dan darat. Setiap laut pasang datanglah ikan-ikan dan binatang laut kemudian memakannya dan yang tercecer hanyut ditelan ombak dan apabila laut surut, datanglah binatang-binatang buas darat . Dan yang tercecer bercampur dengan debu dan apabila binatang-binatang buas itu pergi meninggalkan, burung-burung berdatangan memakan sisa-sisanya dan yang tercecer berjatuhan dihembus oleh angin menjulang ke udara. Setelah Ibrahim menyaksikan hal tersebut ia terkejut dan bersabda: Ya Rabbku aku mengerti bahwa Engkau mampu untuk mengumpulkannya kembali dari perut binatang-binatang laut dan burung-burung di udara. Maka tunjukkanlah bagaimana cara menghidupkannya kembali agar aku melihat dan bertambah keyakinanku. Allah berfirman: Apakah kamu tidak percaya? Ia menjawab: Tidak, sama sekali bukan aku tidak percaya tapi untuk ketenangan hati.

Mujahid menafsirkan bahwa, empat burung yang diambil Ibrahim adalah merak, ayam jantan, merpati dan gagak. Dan ada yang berpendapat itik kuning, gagak hitam, merpati putih dan ayam jantan merah. Kemudian Allah memerintahkan untuk menyembelihnya sesui dengan ketentuan Allah dan dipotongnya tiap-tiap ekor menjadi empat potong, kemudian potongan-potongan tersebut di letakkan di atas bukit-bukit yang letaknya berjauhan satu sama lain. Lalu dipanggilnya dengan kata-kata: Hai burung-burung datanglah kamu dengan izin Allah. Maka tiap-tiap tetesan darah burung –burung itu terbang menggabung pada gumpalan darah yang lain, dan setiap paruhnya terbang menggabung dengan paruh yang lain dan tulang-tulangnya pun begitu juga. Ibrahim mengamati kejadian itu dengan teliti sehingga bangkai-bangkai itu tergabung satu sama lain di udara tanpa kepala, mencari kepalanya masing-masing sampai menemukan sendiri.

Begitulah Kisah tentang Nabi Ibrahim Alaihissalam yang mempertanyakan kekuasaan Allah dalam menghidupkan kembali makhluk yang telah mati. Itu beliau lakukan bukan karena meragukan kemampuan-Nya, melainkan untuk semakin memantapkan hatinya dan supaya hatinya semakin tenang.

Berbeda dengan orang-orang kafir yang sering mempertanyakan kekuasaan Allah karena memang mereka tidak beriman, bahkan cenderung menginkarinya, meskipun bukti-bukti nyata telah di perlihatkan, baik berupa mukjizat yang diturunkan kepada Nabi dan Rasul-Nya dan juga bencana yang menimpa orang-orang sebelum mereka, namun mereka tetap tidak beriman karena sesungguhnya Allah telah mengunci mati hati mereka. Na’udzubillahi min dzalik.

Wallahu a’alam,
semoga bermanfaat.

#BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI#

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Sumber: Butir-butir Mutiara Hikmat, Usman Asy Syakir Al Khaubawiyyi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar