Selasa, 12 Januari 2010

MUDIK YANG HAKIKI

MUDIK YANG HAKIKI

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sudah menjadi tradisi setiap tahun, sebagai umat islam mengakhiri puasa dan menyambut hari raya Idul Fitri dengan pulang ke kampung halaman.

Untuk sebuah “ritual” yang disebut mudik ini mereka rela berdesak-desak antri untuk mendapat tiket kendaraan yang akan membawa mereka mudik.

Dalam suasana yang panas, gerah dan kondisi jalanan yang macet, wajah-wajah mereka yang terlihat kuyu dan lelah tak membuat mereka patah semangat. Ada binar-binar kebahagiaan mereka yang mudik membayangkan kembali ke kampung halaman.

Bila direnungkan lebih dalam, ternyata mudik ini merupakan refleksi dari sifat kemanusiaan kita yang hakiki. Ada beberapa hikmah yang bisa dipetik, antara lain:

Pertama,Aktifitas mudik sebenarnya memperlihatkan fitrah manusia yang suci, bersih yang mendambakan ketenangan dengan kembali ke kampungnya yang damai, sejuk asri, setelah penat dengan kehidupan di kota metropolitan. Disisi lain ketentraman dan kedamaian dirasakan ketika mudik memperlihatkan bahwa fitrah manusia adalah rindu kepada asal, sebagai anak yang rindu kepada ibunya. Mereka bahagia ketika bisa membawa bekal hasil jerih payahnya selama di perantauan untuk diberikan keluarganya, jangan sampai oleh-oleh yang kita bawa tidak mencukupi.

Kedua, apabila kita abstraksikan, peristiwa mudik ini merupakan “miniatur” dari peristiwa manusia kembali ke asal yang hakiki, yakni Allah Subhanahu wata’ala.

Ketika kita mudik ke kampung yang hakiki di akhirat untuk bertemu Sang Kekasih (Allah) yang kita cintai tentunya kita harus membawa bekal amal yang cukup. Kita kembali kepada-Nya dengan hati yang bersih (Qolbun Salim) atau annafsul muthmainnah

Merekalah yang “mudik” kepada Allah dengan hati yang rela dan diridhai. Mereka masuk ke dalam golongan hamba-hamba allah dan masuk ke dalam suga. (al-Fajr
27-29)

Wallahu a’alam,

^^BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI^^

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar