Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Apa kabar temen-temen? Alhamdulillah semoga tetap semangat untuk belajar meskipun seharian lelah beraktivitas.
Puji dan syukur tidak henti-hentinya kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wata’ala, juga shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi besar Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam beserta keluarga dan sahabtnya, berikut umatnya yang selalu berittiba’ di jalanya.
Temen-temen yang kami cintai karena Allah, melanjutkan bahasan minggu lalu tentang Aqidah Ahlus Sunnah, kali ini kami sampaikan, masih dari sumber yang sama yakni Mukhtashar Ihya Ulumiddin;
KEHENDAK (Allah Subhanahu wata’ala)
Dialah yang menghendaki segala kejadian dan mengatur segala peristiwa. Tidak ada sesuatu pun yang terjadi di dalam kekuasaan dan kerajaan-Nya, baik itu sedikit maupun banyak, baik itu merupakan kebaikan maupun kejahatan, baik itu memiliki manfaat maupun mudharat, baik itu merupakan keimanan maupun kekufuran, baik itu kebajikan maupun kemungkaran, baik itu keuntungan maupun kerugian, baik itu penambahan maupun pengurangan, ketaatan maupun kedurhakaan, kecuali sesuatu itu terjadi atas kehendak-Nya, ketetapan-Nya, ketentuan-Nya, keputusan-Nya dan kemauan-Nya. Apa saja yang Dia kehendaki akan terjadi, dan apa saja yang Dia tidak kehendaki tidak akan terjadi.
Dia yang memulai, mengulangi dan mengerjakan apa saja yang dikehendaki-Nya. Tidak ada yang dapat menolak keputusan-Nya dan tidak ada yang dapat membantah ketetapan-Nya. Seorang hamba tidak akan bisa melarikan diri dari kemaksiatan kepada-Nya, kecuali atas taufik dan rahmat-Nya. Seseorang tidak akan memiliki kekuatan untuk menjalankan ketaatan kepada-Nya kecuali atas cinta dan kehendak-Nya. Bahkan seandainya jin, manusia, malaikat, dan setan bersatu untuk menggerakkan atau mendiamkan satu zarah di dunia tanpa kehendak dan kemauan-Nya, niscaya mereka tidak akan mampu melakukannya.
Dia tidak disibukkan oleh satu urusan hingga mengganggu penglihatan dan pendengaran-Nya. Dia Maha Mendengar dan Maha Melihat. Tidak ada satu suara pun yang samar dari pendengaran-Nya, meskipun suara itu sangat lirih dan tidak ada satu benda pun yang tersembunyi dari penglihatan-Nya, meskipun ukuran sesuatu itu sangat kecil.
Dia berbicara (mutakallim) dalam bentuk perintah dan larangan, janji dan ancaman, dengan perkataan (kalam) yang azali, qadim dan telah ada bersama zat-Nya. Kalam-Nya tidak serupa dengan perkataan makhluk. Kalam-Nya tidaklah dengan suara yang muncul karena embusan udara dan benturan benda-benda, tidak pula dengan huruf yang terputus dengan ditutupnya bibir atau digerakkannya lidah.
Karena Dia memiliki sifat-sifat tersebut maka Dia Maha Hidup, Maha Mengetahui, Mahakuasa, Maha Menghendaki, Maha Mendengar, Maha Melihat, dan Maha Berbicara, bukan hanya dengan zat, melainkan dengan kehidupan, pengetahuan, kekuasaan, kehendak, pendengaran, penghlihatan dan perkataan.
Dia menciptakan, mengadakan, dan membebankan taklif dengan anugerah-Nya, bukan karena kewajiban. Dan Dia memberikan nikmat dan perbaikan dengan karunia-Nya, bukan karena keharusan.
Seandainya Dia menimpakan azab kepada hamba-hamba-Nya secara sekaligus, maka tindakan-Nya itu adil. Adapun balasan yang diberikan-Nya kepada mereka atas ketaatan mereka adalah sebagai kemuliaan bagi mereka, bukan karena hak mereka dan kewajiban-Nya.
Ketaatan kepada-Nya merupakan hal yang wajib. Hal itu berdasarkan pemberlakuan kewajiban itu yang disampaikan-Nya melalui lidah para Nabi, bukan sekedar berdasarkan akal. Dia mengutus para Rasul dan memperlihatkan kebenaran mereka dengan mukjizat-mukjizat yang jelas, lalu mereka menyampaikan perintah dan larangan-Nya, janji dan ancaman-Nya. Karena itu, semua makhluk wajib membenarkan-Nya atas risalah yang dibawa oleh para Rasul.
Wallahu a’alam,
Semoga bermanfaat.
#BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI#
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selasa, 12 Januari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar