Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Apa kabar temen-temen fillah? Semoga tetap istiqomah dari hari ke hari, semakin bersih hati ini untuk menggapai Ridha Ilahi.
Shalawat serta salam semoga tetap atas Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, beserta kelurga, dan sahabatnya yang sama-sama berjuang keras mambela agama yang haq, dienul islam.
Ketahuilah wahai saudaraku, setiap kisah, setiap kejadian selalu ada pelajaran yang begitu berharga yang bisa kita petik, kita jadikan teladan. Begitulah Allah Subhanahu wata’ala menurunkan setiap kejadian, baik itu susah maupun senang tiada lain agar kita bisa belajar darinya baik itu yang menimpa diri kita sendiri maupun orang lain.
Berikut akan kami kisahkan tentang keteguhan seorang wanita; Rabi’ah Al-Adawiyah.
Dikisahkan oleh Hasan Bisri dan Malik bin Dinar dan Tsabit al-Benany menghadap kepada Rabi’ah al-Adawiyah. Hasan berkata: Ya Rabi’ah pilihlah salah satu diantara kami karena nikah adalah merupakan sunah Rasul. Rabi’ah berkata: Saya punya beberapa permasalahan, siapa yang bisa memecahkan itu adalah suami saya, maka pertama aku akan bertanya kepada Hasan: Apa yang akan Anda jawab bila ada orang bahwa nanti pada hari Perjanjian saya tidak perduli terhadap orang-orang yang masuk Syurga dan saya tidak perduli dengan orang-orang yang masuk Neraka, maka termasuk kelompok yang mana saya nanti? Hasan menjawab: Saya tidak tahu. Ia bertanya lagi, bahwa Malaikat telah membentuk saya waktu saya di kandungan ibu saya, apakah saya menjadi orang yang berbahagia atau sengsara? Hasan menjawab: tidak tahu. Rabi’ah bertanya seterusnya, apabila ada orang yang mengatakan kepada seseorang jangan takut dan jangan sedih dan dikatakan kepada orang lain kalian tidak berhak untuk bergembira, maka kepada kelompok manakah saya ini? Hasan menjawab: tidak tahu. Rabi’ah bertanya lagi, bahwa kuburan bisa menjadi taman Syurga dan juga bisa menjadi liang masuk Neraka, bagaimana kuburan saya nanti? Hasan menjawab: saya tahu. Rabia’ah bertanya: Pada hari dimana ada wajah-wajah putih dan ada pula yang hitam, maka bagaimana saya nanti? Hasan menjawab: saya tidak tahu. Rabi’ah bertanya: Apabila ada orang yang berseru di hari Qiyamat: Ketahuilah bahwa Fulan telah mendapat kebahagiaan dan Fulan bin Fulan telah sangat sengsara, maka termasuk yang mana aku? Hasan menjawab: saya tidak tahu, maka mereka semua menangis dan meninggalkannya.
Dikisahkan juga bahwa setelah suami Rabi’ah meninggal maka Hasan Bisri dan teman-temannya datang kerumahnya dan dipersilahkan mereka masuk, kemudian ditutupnya latar (tabir) dan ia duduk di belakangnya seraya berkata: Siapa yang paling pintar diantara kalian maka ia adalah suami saya? Maka mereka menjawab, Hasan al-Bisri. Rabi’ah berkata: Bila dapat menjawab pertanyaan saya maka saya adalah milikmu. Hasan segera berkata: Tanyakanlah, semoga aku dapat menjawab. Lalu Rabi’ah bertanya: Apabila aku mati dan keluar dari dunia apakah saya nanti keluar dengan beriman atau tidak? Hasan menjawab: Itu masalah ghaib dan tidak seorang pun yang mengetahui kecuali Allah. Rabi’ah bertanya lagi: Bila aku telah terletak di liang kubur dan ditanya oleh Malaikat Mungkar dan Nakir apakah aku dapat menjawab atau tidak? Hasan menjawab: : Itu masalah ghaib dan tidak seorang pun yang mengetahui kecuali Allah. Rabi’ah bertanya: apabila orang yang telah dikumpulkan di hari Qiyamat diberikan kepada mereka catatan amalnya masing-masing, dengan tangan kananku atau tangan kiriku aku akan menerima catatan amalku? Hasan menjawab: itu pun barang yang ghaib pula. Rabi’ah berkata: Hai Hasan, barang siapa tidak dapat menjawab empat pertanyaan yang saya ajukan, jangan berpikir untuk dapat menikahi saya. Kemudian Rabi’ah bertanya untuk terakhir kalinya: Hai Hasan dalam beberapa bagiankah Allah menciptakan akal? Sepuluh bagian, Sembilan untuk jenis laki-laki dan satu jenis untuk perempuan; jawab Hasan. Rabi’ah menyela, dalam beberapa bagiankah Rabb menciptakan syahwat? Hasan menjawab: Sembilan bagian untuk wanita dan satu bagian untuk laki-laki. Rabi’ah berkomentar: Hai Hasan, aku dapat menguasai Sembilan syahwat dengan satu bagian akal, sedang kamu pihak pria tidak dapat menguasai satu bagian syahwat dengan Sembilan bagian akal yang kamu dapat. Dan keluarlah Hasan dari rumah rabi’ah dengan tangis dan airmata yang bercucuran. [Misykatul Anwar ]
----------------o0o--------------------
Wahai diriku, wahai saudaraku, wahai manusia, mengapa engkau kadang tertawa malampau batas ketika engkau tidak tahu pasti akan bahagia atau sengsara di alam sana? Kenapa engkau lebih cinta akan duniamu dari pada akheratmu kalu engkau belum tahu pasti akan kuburmu, menjadi taman syurga atau malah menjadi liang menuju neraka? Kenapa engkau tetap dalam bergelimang dosa dan enggan bertaubat jikalau tak yakin dengan tangan yang mana kau terima catatan amalmu? Kenapa bermalas-malasan mencari bekal akheratmu sedangkan engkau tidak tahu akan mengakhiri hidup ini dalam ingkar ataukah iman.
Wahai diriku, wahai saudaraku, wahai manusia, alangkah baiknya jika dari sekarang, mulai detik ini kita berbenah. Mempersiapkan segala sesuatu untuk menyonsong kehidupan yang kekal nan abadi. Mulai menata diri untuk menjalankan perinta dan meninggalkan larangan Ilahi Rabbi. Tidak ada kata terlambat selama matahari belum terbit dari barat, pintu taubat itu tetap akan terbuka selama nafas belum sampai di tenggorokan pertanda ajal menjelang. Mulailah dari sekarang sebelum kita menyesal dalam penyesalan yang tak berkesudahan.
Semoga bisa sama-sama kita jadikan bahan renungan.
Wallahu a’lam,
Semoga bermanfaat.
#BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI#
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Sumber: Butir-butir Mutiara Hikmat, Usman Asy Syakir al-khaubawiyyi
Selasa, 12 Januari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar