Rabu, 13 Januari 2010

SIFAT DAN KARAKTER LELAKI SHALIH

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Apa kabar temen-temen? Semoga Allah subhanahu wata’ala senantiasa memberikan taufiq dan hidayah-Nya kepada kita dalam belajar untuk menjadi lebih baik lagi. Shalawat serta salam semoga tetap atas jujungan Nabi besar Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya.

Temen-temen yang kami cintai karena Allah, kali ini kita akan belajar tentang;

SIFAT DAN KARAKTER LELAKI SHALIH
• Ikhlas dalam Beramal
• Taat kepada Allah dan Rasul-Nya
• Program Hidupnya: Jihad fie Sabilillah
• Sabar Menghadapi ujian Allah
• Negeri Akhirat Tujuan Utamanya
• Sangat Takut Kepada Allah dan Ancaman-Nya
• Bertaubat dan Mohon Ampun Atas Dosa-Dosanya
• Shalat Malam Menjadi Kebiasaannya
• Zuhud Dunia dan Mengutamakan Akhirat
• Tawakal Kepada Allah
• Senantiasa Gemar Berinfaq
• Kasih Sayang Sesama Mu’min dan Keras Terhadap Orang Kafir
• Senantiasa Berda’wah dan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar
• Kuat memegang Amanah, Janji dan Rahasia
• Berhati-hati dan Waspada dalam setiap persoalan
• Bersikap Santun Menghadapi kebodohan Manusia
• Cinta Kasih dan Penuh Pengertian Terhadap keluarga
Itulah sebagian dari sifat dan karakter lelaki shalih, yang pertama kita akan membahas:

1. IKHLAS DALAM BERAMAL
Ikhlas adalah menjadikan Allah Subhanahu wata’ala sebagai satu-satunya tujuan ibadah tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dengan cara berlepas diri dari tujuan-tujuan selain Allah dan memurnikan tujuan ibadah itu dari tujuan duniawi. Dengan istilah lain, ikhlas berarti mensucikan niat dan amal dari noda syirik.

Apabila dalam niat dan amal ibadah tercampur noda-noda syirik, maka batal dan sia-sialah amal itu.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya:
“Sesungguhnya setiap amal tergantung dengan niat, dan bagi setiap orang (mendapat balasan) menurut apa yang ia niatkan. Barang siapa berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Dan barang siapa berhijrah karena dunia yang ingin didapatnya atau wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya untuk apa yang diinginkannya.” (HR Muttafaq ‘alaih)

Ikhlas itu tempatnya pada niat, tujuan dan maksud dan bukan pada alamat lahir dan ucapan tanpa realita.

Dengan ikhlas dalam beramal juga bisa mendatangkan pertolongan dari Allah Subhanahu wata’ala. Berikut adalah kisah tiga orang shalih zaman dahulu yang tidak asing lagi bagi kita. Karena ikhlas beramal mereka diselamatkan dari bencana dan kesukaran, sebagaimana diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya:

“Ada kisah tiga orang di zaman dahulu sebelum kamu, mereka pergi mengembara dan terpaksa berjalan di dalam gua sebuah lereng gunung. Tatkala mereka sedang berada di dalam gua, tiba-tiba meluncur sebuah batu besar dari puncak gunung yang menutup rapat mulut gua itu. Maka sepakatlah mereka agar masing-masing berdoa memohon pertolongan Allah dengan mengenang kembali amal-amal shalih yang pernah mereka kerjakan. Maka berkatalah salah seorang dari mereka:

“Ya Allah, aku pernah mempunyai dua orang tua, ayah dan ibu yang telah lanjut usia, aku layani beliau berdua dengan baik sehingga aku tidak pernah memberikan susu kepada orang lain sebelum mereka. Pada suatu hari aku terlambat pulang karena mencari kayu, aku dapatkan keduanya telah tidur. Aku perahkan susu buat mereka, namun enggan membangunkan dari tidurnya, lalu kupegang gelas susu itu di tanganku sambil menantikan mereka jaga dari tidurnya padahal anak-anakku berteriak kelaparan. Tetapi aku tidak berikan mereka minum, dan tetap memegang gelas susu itu di tanganku hingga fajar, barulah mereka bangun dan meminum susu yang kami sediakan. Ya Allah demikianlah kebaktianku kepada orang tuaku, maka jika menurut ilmu-Mu apa yang telah kulakukan itu adalah semata-mata untuk-Mu dan untuk memperoleh ridha-Mu, maka bebaskanlah kami dari keadaan yang seperti ini.” Lalu bergeserlah batu yang menutup gua itu sedikit, namun belum cukup lebar untuk keluar. Kemudian yang lain juga berdoa: “Ya Allah, aku pernah mempunyai saudara sepupu yang sangat kucintai, namun ia selalu menolak cintaku dan rayuanku sehingga pada suatu ketika di musim kelaparan dan langkanya makanan datanglah ia kepadaku meminta pertolongan. Aku berikan kepadanya 120 dinar sebagai imbalan penyerahan dirinya kepada cinta dan rayuanku. Akan tetapi tatkala aku hendak melampiaskan rasa birahiku kepadanya, berkatalah ia kepadaku,”Janganlah engkau pecahkan selaput kegadisanku melainkan dengan cara yang sah (pernikahan).” Mendengar kata-kata sepupuku itu tergugahlah hati nuraniku dan seketika aku tinggalkan dia tanpa teringat emas yang telah kuberikan kepadanya. Demikianlah ya Allah pengalaman bersama saudara sepupuku, maka jika menurut ilmu-Mu apa yang kulakukan adalah semata-mata untuk memperoleh ridha-Mu, maka bebaskanlah kami bertiga dari kesukaran ini.” Dengan permohonan orang kedua ini, tergeserlah sedikit lagi batu itu, namun masih belum cukup lebar terbuka untuk mereka bertiga bisa keluar dari gua itu. Kemudian tibalah giliran orang yang ketiga berdoa: “Ya Allah, aku mempekerjakan buruh-buruh di perusahaanku dan telah ku bayar lunas upah-upah mereka kecuali seorang buruh yang pergi tanpa menerima upahnya. Upah yang ditinggalkan itu aku perkembangkan dalam perdagangan, dan membawa hasil yang menjadikan upahnya itu berlipat ganda berupa uang, ternak dan lain-lain. Maka ketika ia datang setelah beberapa waktu berselang menagih uangnya, kukatakan kepadanya, “Upahmu itu sudah menjadi beberapa unta, sapi, kambing dan hamba sahaya seperti yang engkau lihat ini.” “Janganlah engkau memperolok-olok aku”, kata bekas buruhku itu tidak percaya. Kataku padanya,Aku tidak mengolok-olok, ini adalah keadaan yang sebenarnya, maka diterimalah harta benda itu semuanya dan pergi meninggalkan aku.”Demikianlah ya Allah apa yang telah kulakukan terhadap buruhku itu, maka jika menurut ilmu-Mu apa yang kulakukan adalah semata-mata untuk memperoleh ridha-Mu, maka bebaskanlah kami bertiga dari kesukaran ini.” Bergeserlah batu itu dari mulut gua, lalu keluarlah tiga orang pengembara itu dari kesukaran tersebut.” (HR Bukhari)

Subhanallah,
Semoga bermanfaat.

#BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI#

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Sumber: Karakteristik Lelaki Shalih, Abu Muhammad Jibriel Abdul Rahman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar